Cerita Ngewe Meki Anak Majikan - Situs Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Seks, Cerita Hot 2019

Breaking

Thursday, May 13, 2021

Cerita Ngewe Meki Anak Majikan

 Cerita Ngewe Meki Anak Majikan

KLIK66 Donny, seorang pribumi bertubuh kekar dengan wajah ramahnya menyambut seorang gadis cantik bermata sipit yang keluar dari pintu gerbang sekolah. dengan ramah Mang Donny membukakan pintu mobil mempersilahkan gadis cantik itu duduk di dalam. Dengan hati-hati ia menutup pintu kembali, setelah itu ia duduk di belakang kemudi.

“bagaimana sekolahnya non ??” Mang Donny bertanya sambil menyalakan mobil.

“uhh sebel deh mang Dod, cape, tadi aku..dll dstt dsttt”

Erita curhat kepada sopir kepercayaannya yang menengok kebelakang.mendengarkan curhat dari Erita. Memang sudah lama mang Donny bekerja di keluarga Erita, semenjak Erita masih duduk di kelas TK kecil, mang Donny sudah mengantar jemputnya dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah. Mata Mang Donny melirik melihat paha mulus yang tersembul, mau tak mau sebagai laki-laki normal mang Donny menelan ludah yang membanjir melihat kemulusan paha putih yang mengkilap.“pokoknya hari ini aku sebeeeeelll banget mang Dod , bete deh..” Erita mengakhiri keluhannya.

BACA JUGA : Nikmatnya Meki Polwan Yang Montok

“ya sudah.. betenya jangan lama-lama non, nggak baik…”

Mang Donny menghadap ke depan dan mulai menginjak gas. Dengan mobil pajero sport mang Donny mengantar Erita pulang ke rumah dengan selamat. Seorang jongos yang berjaga membukakan pintu besi yang berdiri dengan kokoh dan yang seorang lagi sibuk berkiri kiri dan berkanan-kanan memandu mobil mewah itu. Erita turun dari mobil kemudian mengangguk ramah kepada dua orang jongos yang menyapa, Mang Donny mengekori dari belakang mengikuti Erita masuk ke dalam rumah mewah yang sepi dari yang namanya “keluarga” . Mata Mang Donny menikmati goyangan pinggul Erita. Masih terbayang saat Erita masih TK dulu, ia sering duduk di pangkuannya dan Erita tertawa saat mang Donny menggelitiki dan mencubit hidungnya yang mancung. Masih teringat dengan jelas saat Erita keluar telanjang buat dari dalam kamar mandi, Erita kecil berlari kepangkuannya dan menangis sambil berkali-kali menunjukkan bebek karetnya

“mang Dod , bek mati.. hu hu hu” , mata mang Donny melotot bukan ke arah bebek karet yang menciut namun melotot ke arah selangkangan Erita kecil. jarinya hendak menyentuh bibir vagina Erita yang masih sangat suci. Tiba-tiba seorang perempuan tua menerobos masuk membawa belanjaan.

“Ehh-um Ehemmmmmm” Mang Donny salah tingkah karena Mbak Ijah muncul tiba-tiba.

“Donny mengapa non Erita menangis ?? kamu apakan hah !!” Mbok Ijah menegur Donny , matanya menatap curiga.

“MBOKKKKKK… Bek matiiiiii…..” Erita berlari kearah Mbok Ijah.

“Ohhhh, bebek.. mana sini , biar simbok liat…” Mbok Ijah meniup bebek karet yang menciut, Erita tersenyum senang.

“Mang.. Mang Dod, mang Dod !! MANGGG !!!” Erita berteriak keras.

“Uhhh.. e- ehh iya non kenapa ?? ada apa”

Kenangan masa lalu Mang Donny buyar seketika, ia mengejar ke arah kolam renang, agak keheranan mang Donny melihat Erita mematung berdiri pucat pasi, mang Donny berlari menghampiri.

Mang Donny “kenapa non ?? kenapa…”

“i-i-itu mang .. itu…”

“yiahh si non, cuma beginian, mang Dod kira ada apaan…” Mang Donny mencomot ulat bulu di bahu Erita.

“Uhhh…. “ Erita bernafas lega.

“Nihh uletnya !!” Mang Donny pura-pura melempar ulat bulu ke arah Erita

“Awwww… e-ehh mang bawa kesana ah!! Yee mang Dod !! awas ya!!” Erita merengut, mang Donny tertawa.

“mang beliin air kelapa dong…” Erita mengeluarkan uang dari dompetnya.

“iya…, tapi traktir ya…” goda Mang Donny cengengesan.

“Iya.. pokoknya beres…” Erita tersenyum.

“Asikkkkkk….. makasih non…, Non Erita emang paling baek dah” Mang Donny memuji.

“udah , nggak usah nge-gombal, sebel…GPL ya” Erita tersenyum manis.

“beres Nonnnn…” Mang Donny menjawab dan segera berlari.

Di pinggir kolam renang, dua kursi mengapit sebuah meja bunda dengan sebuah payung yang menaungi. Sementara di tempat yang teduh berjajar kursi santai panjang. Di situlah Erita duduk bersantai melepas kepenatan di atas kursi santai panjang. Matanya yang sipit terpejam, tangan kirinya menarik rok seragam abu-abunya ke atas, tangan kanan menyusul masuk ke dalam kain segitiga kecil berwarna putih bersih.

“ohhh mang Donnn….”

Bibirnya mendesis saat angan membawa Erita menuju sebuah tempat membayangkan nikmatnya kecupan mang Donny. Dalam khayalnya, Mang Donny sangat lugu sedangkan Erita sendiri sangatlah liar hingga mang Donny mengerang meminta ampun menghadapi keliaran Erita. Darah muda Erita mendidih seliar angannya.

“Emmm…..” tubuh Erita mengerjat menahan nikmat.

“Ahh !!”

Rasa Nikmat disusul dengan terkejut. Mata sipitnya bertatapan dengan mata mang Donny yang berdiri tercenggang, Erita menunduk dengan wajah merah padam, malu bukan main, untuk yang pertama kali mang Donny memergokinya sedang bermasturbasi. Wajah mang Donny juga sama, merah padam karena nafsu yang memuncak. Angannya kembali ke masa lalu saat ia melihat Erita kecil telanjang bulat dan berlari ke pangkuannya. Mang Donny tidak tuli, jelas-jelas ia mendengar Erita mendesis memanggil namanya, tidak perlu diragukan lagi, laki-laki dalam khayal Erita adalah dirinya. Setelah menaruh air kelapa di atas meja mang Donny berlutut di samping kursi malas.

“Non Erita….” dengan memberanikan diri mang Donny mengelus betis gadis itu. Karena tidak mendapat penolakan dari Erita , mang Donny semakin berani, tangannya mengelus ke atas mengusap paha putih mulus. Reflek Erita mengapitkan kedua pahanya saat tangan mang Donny mengusap paha bagian dalam.

“mang Don…” Erita merintih dalam gejolak darah mudanya.

Matanya menatap sayu pada mang Donny yang merenggangkan paha mulusnya, nafasnya tak beraturan dan berat. Tubuhnya yang masih awam menggelinjang dan menghangat. Tubuh Erita rebah di atas kursi malas dengan dua kaki yang mulus mengangkang lebar

“ohhhhhh.. mang Don…hhsssshh” sekali lagi Erita merintih saat mang Donny menjatuhkan wajah pada kain segi tiga putih di selangkangannya.

Tubuh Erita gemetaran seperti sedang meenjalani terapi listrik. Detak jantungnya berdegupan keras memompa darah untuk mengalir lebih kencang melepaskan nikmat dan nafsu yang sempat tertahan. Tangan Erita membelai kepala mang Donny. Ia menggigit bibir menahan desah yang hampir keluar saat lidah mang Donny menyelinap melalui pinggiran celana dalamnya. Aktif, lidah mang Donny menggeliat-geliat.

“Achhh…!” Erita mendorong kepala mang Donny yang lidahnya menoel bibir vaginanya.

“E-Ehhh mang Awww…” Erita memekik kaget saat mang Donny menjabret celana dalamnya.

“Hussshhh jangan keras-keras non…, nanti kedengeran loh…” Mang Donny tersenyum mesum.

“ih Mang Donny, maen buka aja…seenaknya” Erita cemberut, ia bangkit sambil menarik rok seragamnya ke bawah.

“supaya lebih asik non.., percaya deh sama mang Donny..”

Mang Donny menjatuhkan Erita kembali ke atas kursi, tangannya menarik rok seragam Erita dengan paksa ke atas. Mulutnya mengejar belahan bibir vagina Erita , gadis itu panik menggeser-geserkan pinggulnya menghindari mulut mang Donny.

“ahhhhhhhh……m-mang Donnn…. Dhiiiii…ihhhh”

Tubuh Erita lemas di atas kursi. Kecupan dan hisapan rakus mang Donny membuat gairah darah muda Erita kembali bergejolak, tubuh Erita menggelepar dan melenting menikmati keagresifan mulut mang Donny yang mencecar vaginanya.

“Aaaaa.. ahhhhhh…..” Erita mendesah

Cairan orgasmenya tumpah kedalam mulut mang Donny yang rakus menghisap-hisap vaginanya. Erita merintih tak berdaya, selama ini dalam khayal memang dirinyalah yang liar dan mang Donny yang lugu dan lemah namun pada kenyataanya justru sebaliknya. Dengan Mudah mang Donny memeras cairan vagina Erita bersama dengan luapan kenikmatan. Erita tak melawan saat mang Donny meloloskan seragam abu-abu dari pinggangnya. Hanya bra dan pakaian seragam yang melindungi kemulusan tubuh Erita dari mata mang Donny.

“Non Erita cantik sekali..”

Mang Donny membopong tubuh Erita, dengan santai ia membawa Erita masuk ke dalam rumah, lalu menaiki anak tangga dan membawa nona majikannya masuk ke dalam kamar. Semenjak kematian Mbok Ijah setahun yang lalu, suasana rumah menjadi sepi. Erita salah tingkah saat mang Donny mendudukkannya di pinggiran ranjang sedangkan mang Donny duduk di sampingnya. Bibir tebal mang Donny mengejar Bibir Erita, dengan mudah mang Donny merampas Ciuman pertama Erita.

“Emhh…” Erita menarik bibirnya, ia menatap sopirnya itu dengan mata sayunya saat tangan kekar mang Donny melucuti kancing baju seragamnya setelah itu menarik kedua cup branya ke bawah

Sepasang buah dada indah tertopang oleh cup bra berwarna krem. Mata mang Donny berbinar menatap nanar keindahan sepasang payudara Erita, ia telah menjadi saksi tumbuhnya sepasang payudara indah di dada Erita. Dada yang semula rata kemudian mulai berkembang dan terus berkembang dengan indahnya dihiasi sepasang puting merah muda yang runcing. Setelah melepaskan baju dan celana panjang dan celana dalamnya yang dekil, Mang Donny berlutut di hadapan Erita, ia mengusap-ngusap paha mulus Erita yang mengangkang pasrah. Bibir mang Donny melumat dan mengulum bibir Erita, tangan kekarnya mengerayang menjelajahi lekuk liku tubuh Erita yang menggeliut-geliut tak bisa diam geli oleh rasa nikmat. Cumbuan mang Donny merambat ke leher, pundak bahu dan mengecup ke arah buntalan buah dada sebelah kiri.

“mang….ennnnnnnnhhh…mang Donnn” Erita merengek manja.

Mulut mang Donny mengunyah puncak dada. Ke mana Erita berusaha menarik dadanya ke situ pula mulut mang Donny mengejar. Tak ingin ia melepaskan puncak buah dada Erita dalam mulut, bahkan saat punggung Erita jatuh ke belakang, mulut mang Donny segera mengejar buah dada yang hendak melarikan diri dari mulutnya. Sambil terus menggeluti buah dada Erita mang Donny menggusur tubuh mulus Erita yang menggeliat-geliat kegelian ke tengah ranjang.

“Aaaa. Aah !! hsssh nnnnnhhh” Suara desah tertahan dan rintih kecil mewarnai cumbuan-cumbuan mang Donny yang semakin panas


Butir-butir keringat meleleh memandikan dua insan berbeda ras yang tengah asik menjalin hubungan terlarang. Menggelinjang tubuh Erita dibawah tindihan tubuh kekar mang Donny. Erita yang berkulit putih mulus menggeliat resah merintih dan mendesah dibawah tindihan tubuh kekar mang Donny yang meneduhinya.

“mmmm, hssh mang Dod.. ahhh…”

Erita gelisah saat merasakan tekanan kepala kemaluan mang Donny pada belahan vaginanya. Mang Donny menepiskan tangan Erita yang berusaha mendorong dirinya, entah kenapa ada rasa takut yang mencekam saat Erita melihat mata mang Donny yang liar.

“Ahhh..!!” desah kecil Erita mengiringi tenggelamnya kepala penis mang Donny.

Bibir vagina Erita yang mungil melingkari leher penis mang Donny. Dari usia tentu saja usia Erita jauh lebih muda, dari warna kulit tentu saja kulit mang Donny lebih gelap dari kulit Erita yang putih mulus, dari wajah sudah tentu wajah beringas mang Donny menang atas cantiknya wajah Erita. Sekali lagi mang Donny menekankan penisnya dengan kuat dan Erita mengerang. 

Entah sanggup atau tidak vagina Erita menampung batang di selangkangan Mang Donny. Satu tusukan kuat menyusul dan Erita mengaduh kesakitan, bibir vaginanya yang mungil sobek dan selaput daranya robek ditembus batang penis mang Donny.

“Aduh mang Donn!! Aduh!!sakit ! sakit mang Donn !! sakit !!” tangan Erita menggapai-gapai menahan pinggul dan dada mang Donny.

“ENNNNNNNNNGGGHHHHHH..!!!!” suara erangan Erita terdengar keras saat mang Donny memaksakan seluruh batangnya masuk ke dalam vaginanya

Selangkangan mang Donny dan Erita bersatu, bulu jembut mang Donny bergesekan dengan bulu jembut Erita. Nafas Erita terdengar keras, matanya terpejam menahan sakit yang menyengat. Batang mang Donny menyesaki liang vaginanya yang sempit peret karena baru kehilangan keperawanannya. Selama ini belum pernah ada benda apapun yang melewati liang senggamanya.

“ Non Erita, memeknya enak amat, sebenarnya sudah lama mang Donny pengen nyolok memek Non Erita, siapa sangka hari ini Mang Donny bisa melakukannya, percayalah sama mang Donny Non, sebentar lagi tubuh Non bakal tersentak sentak keenakan he he he he” Mang Donny menceracau menumpahkan isi hatinya.

“Hsssshhh ahh !! aduh mang.. hsssshhhh!!” Erita mendesis kesakitan, batang mang Donny mulai menggenjot.

“Auw-hhh..!!”

Berkali-kali mata sipit Erita membeliak saat mang Donny membenamkan batangnya dalam-dalam. Erita merinding mendengarkan geraman mang Donny, otot perutnya serasa kram saat batang penis Mang Donny menusuk dalam. Kecupan dan lumatan gemas mang Donny pada bibir Erita yang merekah membuatnya semakin kewalahan.

“Ahhhhh…..”

Mata Erita Nanar, ada rasa nikmat luar biasa menyela rasa sakit yang mengigit. Untuk yang pertama kali ia merasakan denyut-denyut orgasme akibat sebatang penis yang menumbuki vaginanya, rasanya seperti jiwa terlepas dari raga, melayang ke langit indah berhiaskan tangga pelangi.

“mang Donnn….ahhh enak mangggg” erangnya

Erita mulai meladeni kecupan dan cumbuan mang Donny. Bibirnya menyambut bibir mang Donny, kedua tangannya memeluk tubuh kekar yang sedang giat bekerja menumbukkan batang penis ke dalam vaginanya. Mang Donny mencabut batangnya hingga terlepas dari vagina kemudian kembali mencoblos liang vagina Erita. Kemudian ditusuk-tusukannya penisnya dengan gencar pada liang yang becek itu dan dicabut lagi.

“ahhh, manggg.. jangan digituin… mang nnn..” Erita merengek manja.

“abis harus digimanain dong ?” Mang Donny bertanya

Wajah Erita merona karena terangsang berat sehingga menambah cantik wajahnya.

“Ayo , Erita bilang sama mang Donnn, harus digimanain.” Mang Donny sengaja menggoda nona majikannya.

“emmm.. digituin mang…” Erita tersenyum malu.

“digituin gimana yach ? mang Donny nggak tau tuch “ Mang Donny tersenyum lebar.

“Ahhnnhh mang Donn jahat !!” Erita mencubit dada mang Donny.

“ADOWHH…!!” Mang Donny mengaduh kesakitan.

“Hiaaaahhh…!!” Erita mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong mang Donny.

“Eiiiiitttttt…”

Mang Donny menangkap tubuh Erita. Dua insan berbeda ras itu bergulingan dan kembali bercumbu mesra layaknya sepasang pengantin baru. Mang Donny duduk di pinggiran ranjang, Erita berdiri memperhatikan batang perkasa di selangkangan sopir setianya. Mang Donny menarik Erita untuk berlutut di hadapan batang penisnya.

“Nah sekarang Erita jilat kontol mamang ya” Mang Donny mengarahkan Erita.

“jijik mang.. ihhh…” Erita masih jijik dengan batang mang Donny.

“Loh kenapa harus jijik, coba dulu.. ayo…” Mang Donny membujui Erita.

“iii – ihhh ngak mau ah , bau” Erita menolak sambil menutup hidung dengan tangan.

“Ayo .. cobain… dulu…”

Tangan kiri mang Donny menahan belakang kepala Erita. Dengan rayu dan sedikit paksaan akhirnya mang Donny berhasil menjejalkan kepala penisnya ke dalam mulut Erita. Sang sopir merem melek keenakan.

“Ayo dihisap non.. “ perintah Mang Donny sambil membelai rambut Erita.

“Emmm. Mmmhh..” Erita tak habis pikir, mendadak ia menyukai bau penis mang Donny, senang menghisap dan juga senang menjilat-jilat batang penis yang besar panjang.

Ada sesuatu di dalam dirinya yang menuntut pelampiasan dari kesepian dan kejenuhannya selama ini. Dari seks pertama dengan sopirnya ini ia merasa mendapat pelampiaskan atas seluruh rasa yang menggebu dalam dada yang membuatnya ingin merasakan lebih dan lebih lagi. Sesekali Erita mengangkat wajah cantiknya menatap mang Donny yang tersenyum kemudian ia kembali menunduk untuk bekerja mengoral penis itu. Dengan lembut lidah Erita mengulas-ngulas kepala penis mang Donny sebelum akhirnya mang Donny membimbingnya untuk menduduki batang penisnya dengan posisi tubuh Erita memunggunginya.

“jangan takut Non.., dudukin aja.., ntar juga masuk…” Mang Donny menarik pinggul Erita untuk turun.

“sebentar mang, Erita takut…”

Setengah mati Erita mengumpulkan keberanian.

“rileks aja, anggap aja Non Erita lagi duduk di pangkuan mang Dod, dulu kan waktu masih kecil non Erita sering duduk di pangkuan mang Donny”

Mang Donny mengecup punggung Erita perlahan. Dengan hati ragu Erita menurunkan vaginanya. Mang Donny membimbing Erita untuk belajar memasukkan penis ke dalam liang vaginanya.

“ih..”

Erita mengangkat pinggulnya kembali saat ujung penis mulai tenggelam ke dalam belahan vagina. Geli rasanya saat kepala penis menjilat belahan vagina yang berlendir. Sekali lagi tangan Erita mengarahkan kepala penis mang Donny pada belahan vaginanya, kali ini ia menahan rasa geli yang menggelitik saat kepala penis membelah belahan vaginanya. Gemetar seluruh tubuh Erita menahan sensasi nikmat saat penis mang Donny tenggelam semakin dalam.

“Ohh mang Donn…!! Mang Donnn..”

Wajah Erita terangkat ke atas menahan nikmat. Vaginanya berkedutan dan meremas batang penis mang Donny, dengan gerakan indah luar biasa Erita menggeliat, tubuhnya mulai bekerja mengikuti panduan dari mang Donny yang terus mengajari sambil memainkan buah dada Erita. Belum begitu lama Erita menaik turunkan pinggul, ia merintih kecil, Vaginanya kembali berdenyut-denyut , rasa nikmat dimulai dari daerah panggul kemudian menyebar ke seluruh tubuh moleknya yang berpeluh. Mang Donny memeluk erat-erat tubuh Erita yang tengah orgasme. Sebuah gigitan gemas bersarang di pundak Erita meninggalkan bekas gigitan merah. Tanpa melepaskan pelukan dari tubuh Erita, mang Donny beringsut ke tengah ranjang.

“Ohhh !! ennnnhh aaaa.. Ahhhhh…”

Tubuh Erita melambung turun naik di atas tubuh mang Donny, sungguh indah buah dadanya terpantul di dada mengikuti tubuhnya yang melambung-lambung. Suara derit ranjang mengiringi suara nafas berat, desah dan rintihan Erita dalam kamar, suara geram gemas mang Donny sesekali terdengar di sela-sela kesibukan meluncurkan batang penisnya ke atas pada sebuah lubang mungil yang menjadi target bulan-bulatan penis besarnya.

Wajah Erita seperti tengah menahan derita, namun sebenarnya bukan derita yang sedang dirasakan olehnya, ia tengah menahan rasa nikmat akibat sodokan-sodokan batang penis mang Donny yang menghujam keras hingga terasa ke ulu hati. Bercak – bercak darah perawan menodai seprai putih. Berkali-kali Batang penis besar milik seorang sopir bernama Donny menuai kemenangan atas vagina nona majikannya yang keturunan Chinese bernama Erita.

Sebelum akhirnya penis besar itu mengisi liang vagina Erita dengan sperma. Hanya suara nafas Erita dan Mang Donny yang terdengar memburu di dalam kamar. Dengan sebuah handuk mang Donny mengeringkan tubuh Erita yang berpeluh. Hampir tiga jam lamanya mang Donny menikmati sempitnya vagina dan kemulusan tubuh Erita. Setengah jam kemudian mang Donny keluar dari dalam kamar meninggalkan Erita yang termenung kebingungan. Baju piyama berwarna pink menyembunyikan tubuhnya dari ketelanjangan. Papa dan Mama Erita baru pulang jam 6 sore tanpa merasa curiga sedikitpun apa yang baru saja terjadi.

Beberapa hari kemudian, malam hari.

Pintu kamar Erita dibuka oleh seseorang yang hanya mengenakan sarung dan kaos oblong, orang itu tidak lain adalah Mang Donny yang mengendap-endap masuk ke dalam kamar nona majikannya. Dengan wajah mesum ia mengunci pintu, di atas ranjang Erita menoleh kepadanya dengan wajah yang bingung campur malu. Mang Donny menggusur selimut yang membungkus tubuh Erita, setelah melepaskan sarung, kaos oblong dan celana dalam dekil, ia naik keatas ranjang meneduhi tubuh Erita yang masih terbalut piyama berwarna pink.

“Mang Donnn.. emmm…” Erita mendesah menahan beban tubuh mang Donny yang menindihnya,

Bibirnya menyambut bibir mang Donny , mesra keduanya berciuman bagaikan sepasang pengantin baru yang berbeda usia dan ras dimana seorang dari ras mayoritas memangsa dan menikmati cantik dan mulusnya seorang gadis ras minoritas. Satu demi satu kancing baju piyama Erita terlepas, mata mang Donny melotot melihat buah dada yang membuntal, padat dan kenyal terasa saat mang Donny meremas buah dada sebelah kiri.

“Emmmhh mang Donnn…”

Erita menggeliat – geliat resah, sementara mulut mang Donny semakin rakus dan kasar menghisapi buah dadanya. Sesekali Erita merintih merasakan gigitan-gigitan gemas mang Donny pada putting susunya.

“Ah..mmmmhhhh…”

Erita menggeser-geserkan tubuhnya, kemanapun tubuhnya bergeser kesitu pula kepala mang Donny mengejar buah dadanya. Sepasang buah dada Erita yang ranum menjadi bulan-bulanan mang Donny , begitu ganas mang Donny menciumi buntalan buah dada dan menghisap kuat puncak payudara Erita, setelah puas menggeluti sepasang buah dada yang membuntal, mulut mang Donny melumat bibir Erita. Setelah itu cumbuan mang Donny merayap turun.pada leher, melewati belahan payudara, bermain pada perut dan pinggul dan terus turun mengejar milik Erita yang paling sensitif.

“Ohh Non Erita, indah sekali memek kamu Non…”

Mata Mang Donny menatap tajam pada belahan bibir vagina Erita, bulu-bulu lembut menghiasi vagina Erita menambah indah pemandangan di daerah kewanitaannya. Mang Donny mengendus-ngendus aroma vagina Erita.

“Unnhhh .. ,aaa.. mang Donn. mang Donnn…” Erita merengek saat hembusan-hembusan nafas hangat yang memburu menerpa vaginanya

Erita mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar seolah Erita ingin memperlihatkan seluruh keindahan yang dimilikinya kepada mang Donny. Tubuh moleknya melenting menggeliat dan menggelinjang dengan indah saat vaginanya menjadi santapan mang Donny yang rakus.

“Ussshhhh.. hssssshhhhhhhh… ahhhhhhh” tiba-tiba Erita mendesis dan mendesah panjang, perutnya mengejang dan cairan vaginanya meluap bersama kedut-kedut orgasme

Begitu indah tubuh Erita terkulai dibawah sorotan lampu kamar, butiran keringat meleleh membasahi tubuh mulusnya. Suara desah tertahan sesekali terdengar di antara suara seruputan seorang laki-laki yang usianya berbeda jauh dengannya.

“Mang Donnn?? “

Erita tak mengerti ketika mang Donny membalikkan tubuh mulusnya yang terkulai lemas dan mengikat kedua tangannya dengan menggunakan celana piyamanya. Setelah itu mulut Erita disumpal dengan menggunakan celana dalam dekil milik mang Donny.

“Emmm!!” Erita berontak saat mang Donny menyelipkan penis pada belahan pantatnya, kedua tangan mang Donny menekan pundak Erita ia menunduk dan berbisik di telinga gadis itu.

“jangan berisik non, nanti kita ketahuan”

Bisikan mang Donny ternyata sangat efektif.

“hmmmm hmmmmmm”

Erita berusaha menggelengkan kepala menolak keinginan mang Donny. Nafas Erita seperti orang yang sedang sekarat, matanya yang sipit membeliak, liang anusnya merekah diiringi rasa pedih dan perih yang tak tertahankan saat ujung kepala penis mang Donny membongkar kerutan anusnya.

“Uhhh Erita…peret banget bool mu Non…” Mang Donny menceracau

Otot anus Erita mengigit seputar ujung penisnya yang terbenam semakin dalam. Dengan sekali sentakan kuat mang Donny membenamkan kepala penisnya hingga otot Erita melingkari leher penis mang Donny. Kesenangan dan kenikmatan bagi mang Donny harus dibayar mahal dengan kesakitan luar biasa bagi Erita.

“Emmmmmm !!! mmmmmhhhh”

Tubuh molek Erita mengejang kesakitan saat batang penis mang Donny memaksa masuk inchi demi inchi. Pandangan Erita mendadak gelap seakan hendak jatuh pingsan namun rasa sakit tetap membuat kesadarannya terjaga dalam derita.

“Ehem, mang Donnn sayaaaangg sama Erita.. , sudah jangan nangisss… Sudah masuk semua…koq…”

Mang Donny tersenyum merasakan empuknya buah pantat Erita bergesekan dengan bagian bawah perutnya. Batangnya yang panjang dan besar tertanam dalam anus Erita. Mang Donny menarik celana dalam dekilnya, melepaskan mulut Erita yang tersumpal.

“urhh.. s-sakit mang.. s sakit sekali .. aduhhh…” Erita mengerang saat batang mang Donny mulai bergerak seperti sebuah piston

Bisik rayuan-rayuan mang Donny ternyata tidak sanggup untuk membayar rasa sakit yang dirasakan oleh Erita yang merasa “dipermalukan” dan “direndahkan” serendah-rendahnya oleh mang Donny. Berbeda dengan apa yang sedang dirasakan oleh Erita, Mang Donny merasa kesuperioran atas diri Erita. Ego mang Donny sebagai bawahan/ sopirnya menimbulkan rasa bangga memangsa Erita sebagai nona majikan dan berdarah Chinese.

Dengan teratur batang penis mang Donny terus bergerak memompa Erita hinga puas. “Plooo—ppp” Mang Donny mencabut penisnya, ia membebaskan mulut Erita dari sumpalan celana dalam dekil milik seorang sopir kemudian menarik pinggul Erita agar gadis itu menungging dengan sempurna untuk permainan selanjutnya. Ujung penis mang Donny mencari – cari belahan vagina Erita. Setelah dirasa pas, perlahan mang Donny menjejalkan kepala penisnya.

“Mmmmhhhh..” Erita merinding kegelian, rasa sakit pada anus dibayar oleh sedikit rasa nikmat saat ujung penis mang Donny menembus dan mengocok-ngocok liang vaginanya.

Mang Donny terlihat lihat mencecar liang vagina Erita, serong kiri, serong kanan, menusuk dalam, dan mengocek. Dengan bimbingan dari mang Donny, Erita mulai belajar, saat mang Donny menusukkan batang penisnya, ia mendesakkan pinggulnya menyambut tusukan penis mang Donny. Untuk beberapa kali tusukan keras Erita masih dapat bertahan, namun untuk tusukan-tusukan berikutnya tubuh Erita mulai menggelinjang. Rasa nikmat berkedutan membuat kepalanya terasa ringan namun selain itu Erita merasa malu mendengar suara yang berasal dari vaginanya. Risih saat payudaranya yang tergantung terayun – ayun dan risih saat buah pantatnya beradu dengan bagian bawah perut mang Donny.

“mmmmhh emmmmh emmmhh…” Erita menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Mang Donny tersenyum, sebagai seorang laki-laki sudah tentu mang Donny takjub pada kecantikan Erita. Terbayang olehnya wajah cantik Erita kecil yang lugu dan polos, selama tujuh belas tahun mang Donny menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri perkembangan Erita kecil menjadi seorang gadis cantik bertubuh aduhai.

“Mang Donn.. Mang Donnn….” Erita merengek perlahan.

“Ya Non ??” Mang Donny menyahut.

“Pelan-pelan mang…” Erita meminta mang Donny memperlembut tusukannya.

“Segini Non ??” Mang Donny bertanya.

“He-emm.., hssssshhhh.. ohhhh mang Donn… enakk”

Tanpa sadar Erita merintih keenakan saat penis mang Donny menusuk vaginanya. Begitu dalam dan lembut membuat Erita meringis dalam getar-getar kenikmatan yang berkedutan saat cairan orgasmenya kembali tumpah.

“Unnnhhhhhh mang Doooonnn.. utsssss !!” Erita merengek manja saat mang Donny membalikkan tubuhnya kemudian menarik kedua kakinya yang mulus indah ke udara.

Satu tusukan kuat membuat tubuh Erita mengerjat, selanjutnya tubuh Erita terguncang mengikuti helaan batang penis mang Donny. Sedikit demi sedikit mang Donny meningkatkan ritme tusukan penisnya, helaan – helaan nafas berat terdengar memenuhi kamar tidur Erita. Ringisan Erita mengeksploitasi sensualitas wajahnya yang jelita. Erita menatap mang Donny yang sibuk menjejal-jejalkan batang penisnya, mata laki-laki itu menatap tajam pada buah dadanya yang terguncang dengan hebat.

Reflek Erita menyilangkan kedua tangannya di dada untuk melindungi sepasang payudaranya yang terguncang. Mang Donny terlihat kecewa, ia meletakkan kaki Erita di bahu dan kedua tangannya mencekal dan menarik kedua tangan Erita agar buah dadanya terekspos dengan sejelas-jelasnya dalam guncangan hebat yang membuat jantung mang Donny berdegub dengan lebih kuat. Berkali-kali cairan orgasme Erita tumpah meluap sebelum akhirnya sperma mang Donny muncrat mengisi vagina Erita. Tubuh Mang Donny roboh menimpa tubuh molek Erita yang berpeluh. Batangnya mengerut terjepit dalam kepitan vagina Erita yang sempit.

“mmmmhhh mang Donn…” Erita memeluk tubuh mang Donny, keduanya berciuman lama dan mesra.

Setelah cukup tenaga Mang Donny pamit keluar dari kamarnya dan Erita pun tertidur kelelahan.


No comments:

Post a Comment