Cerita Mesum Bercinta Dengan Penyanyi Cafe
KLIK66 Cerita Mesum Bercinta Dengan Penyanyi
Cafe – Pada hari ini aku bertemu dengan Client ku yang merupakan
penyanyi cafe to cafe wanita cantik ini bernama Felicia. akan ku
ceritakan pengalaman ku bersama Felicia. Baca Selengkapnya
Gadis ini wajahnya tidak terlalu cantik.
Tingginya kurang lebih 160 cm/55 kg. Tubuhnya padat berisi. Ukuran
payudaranya sekitar 36B. Kelebihannya adalah lesung pipitnya. Senyumnya
manis dan matanya berbinar indah. Cukup seksi. Apalagi suaranya. Membuat
telingaku fresh.
“Para pengunjung sekalian.. Malam ini
saya, Felicia bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin
bernyanyi bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau jika ingin request
lagu.. silakan”.
Penyanyi yang ternyata bernama Felicia
itu mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku hanya tertarik mendengar
suaranya. Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai kemudian
telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku
melihat ke arah band tersebut dan melihat Felicia ternyata bermain
keyboard juga.
Felicia bermain solo keyboard sambil
menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Aku
menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik.
Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat
otakku berpikir setiap mendengarnya.
Felicia ternyata bermain sangat aman.
Aku terkesima menemukan seorang penyanyi cafe yang mampu bermain
keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan
Felicia. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan
cafe tersebut.
“The Boy From Ipanema, please.. And your
cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus
menuliskan nomor HP-ku. Aku melanjutkan percakapan dengan clientku dan
tak lama kemudian aku mendengar suara Felicia.
“The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..?”
Bahasa tubuh Felicia menunjukkan bahwa
dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum
ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan
jelas Felicia bisa melihatku. Kulihat Felicia membalas senyumku. Dia
mulai memainkan keyboardnya.
Sambil bermain dan bernyanyi, matanya
menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan
mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara
Felicia menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat
sekilas Felicia tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.
“Felicia.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Felicia meresponsku. Segera kutelepon dia.
“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Felicia?”
“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”
“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Felicia.
“Rayuan ala Boy, nih?”
“Lho.. Bukan rayuan kok. Tetapi pujian
yang pantas buatmu yang memang sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam
berapa? Aku antar pulang ya?”
“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”
“Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”
“Okay.. Aku tunggu ya.”
“Okay.. See you soon, sexy..”
Aku melanjutkan sebentar percakapan
dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil.
Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan
pukul 23.30.
Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk
dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Felicia yang
menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum.
Kulihat Felicia dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini
menarik hingga membuatku ingin mencumbunya.
Dalam perjalanan mengantarkan Felicia
pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam
mobil dingin sekali. Felicia tampak menggigil.
“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan
Felicia sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera
menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku
tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku
tidak tahan..” alasanku.
Aku memang ingin membuat Felicia
kedinginan. Kulihat Felicia bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang
tangannya. Kuusap perlahan. Felicia diam saja.
“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimuli ringan. Felica tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”
“Hampir semua musik aku suka. Oh ya,
baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain
keyboard. Mainmu asyik lagi.”
“Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”
“Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh
ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku
kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain
piano.
“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Felicia tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.
“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Felicia.
“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika
kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar
walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.
“Aku kontrak rumah ini dengan beberapa
temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin
sekalian kencan dengan pacarnya.”
Felicia masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci.
Wah, kebetulan. Atau Felicia memang
memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar!
Felicia berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada
sebuah kaos.
Kukira Felicia akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.
“Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
“Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”
Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku
melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah
memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil
menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin
Felicia akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang
kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Felicia.
“Salah tuh mainnya.” komentar Felicia. Dia ikut bernyanyi.
“Ajarin dong..” kataku.
Dengan segera Felicia mengajariku
memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Felicia berdiri
membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia
menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di
leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus
aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Felicia saling
bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau
ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam
saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus
tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.
“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
“Oh ya..” aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima
penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk.
Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Felicia terkejut. Aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja.
Yang jelas aku terus berusaha
mendapatkannya. Ternyata Felicia malah tertawa. Dia membalas menyiramku
dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding
kamar mandi dan menciumnya!
Felicia membalas ciumanku. Bibir kami
saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup.
Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain
kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara
Felicia juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya
memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba,
meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku
meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan
pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya
dengan jariku.
“Agh..” kudengar rintihan Felicia.
Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan
aku merasakan penisku ereksi.
“Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Felicia menggenggam batang penisku dan meremasnya.
Tak lama dia mengocok penisku hingga
membuatku makin terangsang. Tubuh Felicia kuangkat dan kududukkan di bak
air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa
berbaring. Sewaktu Felicia duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan
mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Felicia
tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!
Ternyata enak juga rasanya. Baru kali
ini putingku dicium dan dijilat. Felicia cukup aktif. Tangannya tak
pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil
melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari
dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku
melepasnya dan juga melepas celana dalam Felicia. Kami bercumbu kembali.
Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.
Rintihan kecil dan desahan nafas kami
saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang
dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang
berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa
‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.
Aku menyalakan shower dan kemudian di
bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan
saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh
tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergairah. Kedua tanganku
meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin
ganas bibir Felicia. Sesekali Felicia menggigit bibirku.
Perlahan tanganku merayap naik sambil
memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Felicia. Dari bahasa
tubuhnya, Felicia sangat menikmati pijatanku.
“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Felicia mengerang.
Lidahku mulai menjilati telinganya. Felicia menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku.
Aku merasakan payudara Felicia makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi.
Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.
“Payudaramu seksi sekali, Felicia..
Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Felicia
memainkan bola matanya dengan genit.
“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.
“Enak lho..” sambungnya sambil menjilat
telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati
putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.
“Ergh..” desah Felicia. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.
Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya
dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya
dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Felicia
kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki memek nya
“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Felicia memintaku mulai beraksi.
Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku
mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling
melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Felicia
dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kamu bekerja sama dengan
harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih
rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah.
Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang
selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.
“Agh.. Agh..” Felicia mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.
“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.
Rupanya Felicia adalah tipe wanita yang
bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar
suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat
menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami.
menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami.
Felicia menungging dan aku
‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Felicia
sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya,
kemudian memasukkan jariku.
“Hey.. Perih tau!” teriak Felicia. Aku tertawa.
“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli
Cukup lama kami berpacu dalam birahi.
Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras
mengatur ritme dan nafasku.
“Aku mau nyampe, Felicia..”
“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku
tidak merasakan semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin
di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.
“Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil
kok..” Felicia meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah.
Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Felicia berteriak
makin keras.
“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”
Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
“Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan
tubuh Felicia makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku.
Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan pada memek nya
“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Felicia menyusulku orgasme.
Dia menjerit kuat sekali kemudian
membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya
after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan
mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya. Aku
membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian
kuangkat dia.
Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh
kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling
menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat
tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Felicia tersenyum puas.
Matanya berbinar-binar.
“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”
Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku
merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita
yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya. Cerita Panas
Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba
pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang
wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.
“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku
udah dengar teriakan Felicia. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar
mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan
saja. Kulihat Felicia tertawa.
“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.
“Hi Gladys..” sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas
terayun aku mencari kaos dan celana pendek Felicia dan memakainya.
Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam
2 pagi. Aku harus pulang.
No comments:
Post a Comment