Pengalaman Kumpulan Tante Menyewa Gigolo
KLIK66 Ini adalah pengalaman Terlucu dan
Menegangkan pertama ku mungkin kalau di bikin judul cerita bisa ya di
bikin cerita Pengalaman Kumpulan Tante Menyewa Gigolo.
Setelah sekian lama aku menunggu kabar
dari Fahri kemudian aku mendapatkan nomor telepon seorang Gigolo tak
lama langsung aku minta untuk datang di tempat kami dikirimkanlah 3
orang pria yang memang sudah pengalaman di bidangnya, setelah janjian
kami chek in hotel Sahid selang beberapa waktu datanglah cowok 3 yang
macho abis.
Kira kira umurnya 25-27 tahun ketiganya
terlihat ateletis dan menggoda sungguh tampan tampan wajahnya gigolo
tersebut, aku pilih diantara ketiga cowok tersebut dan terpilih 2 karena
satunya tingginya kurang maksimal, jujur saja pertama aku agak sedikit
nerves karena baru pertama ini aku ingin bercinta dengan cowo gigolo.
Setelah berpikir sejenak akhirnya aku
menyuruh mereka bertiga untuk telanjang di hadapan kami, sesaat mereka
ragu, tapi akhirnya mau juga setelah kupancing dengan membuka baju
atasku hingga terlihat bra merahku.
Dari pandangan matanya aku tahu bahwa
mereka tertarik denganku, bahkan tanpa dibayar pun aku yakin mereka mau
melakukannya. Kupikir hanya orang gila saja yang tidak tertarik dengan
postur tubuhku yang putih seperti Cina, tinggi semampai, sexy, dan wajah
cantik, paling tidak itulah yang sering dikatakan laki-laki.
“Oke, yang tidak terpilih, kalian boleh
memegang buah dadaku ini sebelum pergi asal mau telanjang di depanku
sekarang.” kataku menggoda, dengan demikian aku dapat melihat kejantanan
mereka saat tegang, itulah yang menjadi pertimbanganku.
Serempak mereka melepas pakaiannya
secara bersamaan, telanjang di depanku. Hasilnya cukup mengejutkanku,
ternyata disamping memiliki tubuh yang atletis, ternyata mereka
mempunyai alat kejantanan yang mengagumkan, aku dibuat takjub karenanya.
Rata-rata panjang kejantanan mereka
hampir sama, tapi besar diameter dan bentuk kejantanan itu yang berbeda,
kalau tidak ‘malu’ dengan Fahri mungkin kupilih keduanya langsung.
Pandanganku tertuju pada yang di ujung, alat kejantanannya yang besar,
aku membayangkan mungkin mulutku tidak akan cukup untuk mengulumnya,
hingga akhirnya kuputuskan untuk memilih dia.
Namanya Hasim, mahasiswa semester akhir di perguruan tinggi swasta di Jakarta.
“Kamu tinggal di sini, lainnya mungkin
lain kali.” kataku mengakhiri masa pemilihan. Setelah pilihan diambil,
maka dua lainnya segera berpakaian dan menghampiri aku yang masih tidak
berbaju.
Mula-mula si pendek mendekatiku dan
memelukku, tingginya hanya setelingaku. Diciumnya leherku dan tangannya
meremas lembut buah dadaku, lalu wajahnya dibenamkan ke dadaku,
diusap-usap sejenak sambil tetap meremas-remas menikmati kenyalnya buah
dadaku, lalu dia pergi.
Berikutnya langsung meremas-remas buah
dadaku, jari tangannya menyelinap di balik bra, mempermainkan sejenak
sambil mencium pipiku.
“Mbak mempunyai buah dada dan puting
yang bagus.” bisiknya, kemudian dia pergi, hingga tinggal kami bertiga
di kamar, aku, Hasim dan Fahri yang dari tadi hanya memperhatikan, tidak
ada komentar dari dia kalau setuju atas pilihanku
“Rio, temenin aku mandi ya, biar segar..!” kataku, sebenarnya agak ragu juga bagaimana untuk memulainya.
“Ayo Tante, entar Hasim mandiin.” jawabnya.
“Emang aku udah Tante-Tante..?” jawabku ketus,
“Panggil aku Lily.” lanjutku sambil
menuju kamar mandi, meninggalkan Fahri sendirian. Sesampai di kamar
mandi, Hasim langsung mencium tengkukku, membuatku merinding.
Dipeluknya aku dari belakang sambil
ciumannya berlanjut ke belakang telingaku hingga leher. Kedua tangannya
mulai meraba-raba buah dadaku yang masih terbungkus bra merahku.
“Rio, kamu nakal..!” desahku sambil
tanganku meraba ke belakang mencari pegangan di antara kedua kaki Hasim
yang masih telanjang.
“Abis Mbak menggoda terus sih,” bisiknya
disela-sela ciumannya di telinga. Tangannya diturunkan ke celana
jeans-ku, tanpa menghentikan ciumannya, dia membuka celana jeans-ku,
hingga sekarang aku tingal bikini merahku.
Ciumannya sudah sampai di pundak, dengan
gigitan lembut diturunkan tali bra-ku hingga turun ke lengan, begitu
pula yang satunya, sepertinya dia sudah terlatih untuk menelanjangi
wanita dengan erotis dan perlahan, semakin perlahan semakin menggoda.
Perlahan tapi pasti aku dibuatnya makin
terbakar birahi. Hasim mendudukkan tubuhku di meja toilet kamar mandi,
dia berlutut di depanku, dicium dan dijilatinya betis hingga paha.
Perlahan dia menarik turun celana dalam
merah hingga terlepas dari tempatnya, jilatan Hasim sungguh lain dari
yang pernah kualami, begitu sensual, entah pakai metode apa hingga aku
dibuat kelojotan.
Kepalanya sudah membenam di antara kedua
pahaku, tapi aku belum merasakan sentuhan pada daerah kewanitaanku,
hanya kurasakan jilatan di sekitar selangkangan dan daerah anus, aku
dibuat semakin kelojotan.
Sepintas kulihat Fahri berdiri di pintu
kamar mandi melihat bagaimana Hasim menservisku, tapi tidak kuperhatikan
lebih lanjut karena jilatan Hasim semakin ganas di daerah kewanitaanku,
hingga kurasakan jilatan di bibir memek ku
Lidahnya terasa menari-nari di pintu kenikmatan itu, kupegang kepalanya dan kubenamkan lebih dalam ke memek ku, entah dia dapat bernapas atau tidak aku tidak perduli, aku ingin mendapat kenikmatan yang lebih.
Jilatan lidah Hasim sudah mencapai
vaginaku, permainan lidahnya memang tiada duanya, saat ini the best
dibandingkan lainnya, bahkan dibandingkan dengan suamiku yang selalu
kubanggakan permainan sex-nya.
Hasim berdiri di hadapanku,
kejantanannya yang besar dan tegang hanya berjarak beberapa centimeter
dari vaginaku. Sebenarnya aku sudah siap, tapi lagi-lagi dia tidak mau
melakukan secara langsung, kembali dia mencium mulutku dan untuk
kesekian kalinya kurasakan permainan lidahnya di mulutku terasa
meledakkan birahiku, sementara jari tangannya sudah bermain di liang
kenikmatanku menggantikan tugas lidahnya.
Aku tidak mau melepaskan ciumannya,
benar-benar kunikmati saat itu, seperti anak SMU yang baru pertama kali
berciuman, tapi kali ini jauh lebih menggairahkan. Ciuman Hasim
berpindah ke leherku, terus turun menyusuri dada hingga belahan dadaku.
Dengan sekali sentil di kaitan belakang,
terlepaslah bra merah dari tubuhku, membuatku telanjang di depannya.
Aku siap menerima permainan lidah Hasim di buah dadaku, terutama
kunantikan permainan di putingku yang sudah mengencang.
Dan aku tidak perlu menunggu terlalu
lama untuk itu, kembali kurasakan permainan lidah Hasim di putingku, dan
kembali pula kurasakan sensasi-sensasi baru dari permainan lidah. Aku
benar-benar dibuat terbakar, napasku sudah tidak karuan, kombinasi
antara permainan lidah di puting dan permainan jari di vaginaku terlalu
berlebihan bagiku, aku tidak dapat menahan lebih lama lagi, ingin
meledak rasanya.
“Rio, pleassee, sekarang ya..!” pintaku sambil mendorong tubuh atletisnya.
“Pake kondom Mbak..?” tanyanya sambil mengusap-usapkan kepala kejantanannya di bibir vaginaku yang sudah basah, sah, sah, sah.
Aku tidak tahu harus menjawab apa,
biasanya aku tidak pernah pakai kondom, tapi karena kali ini aku
bercinta dengan seorang gigolo, aku harus berhati-hati, meskipun dengan
lainnya belum tentu lebih baik. Cerita Panas
Kalau seandainya dia langsung memasukkan
kejantannya ke vaginaku, aku tidak akan keberatan, tapi dengan
pertanyaan ini aku jadi bingung.
Kulihat ke arah Fahri yang dari tadi
memperhatikan, tapi tidak kudapat jawaban dari dia. Tidak ada waktu
lagi, pikirku. Maka tanpa menjawab, kutarik tubuhnya dan dia mengerti
isyaratku. Perlahan didorongnya kejantanannya yang sebesar pisang Ambon
itu masuk ke liang kenikmatanku, vaginaku terasa melar.
Makin dalam batang kejantanannya masuk
kurasakan seolah makin membesar, vaginaku terasa penuh ketika Hasim
melesakkan seluruhnya ke dalam.
“Aagh.. yess.. ennak Sayang..!” bisikku
sambil memandang ke wajah Hasim yang ganteng dan macho, expresinya
dingin, tapi aku tahu dia begitu menikmatinya.
“Pelan ya Sayang..!” pintaku sambil
mencengkeramkan otot vaginaku pada kejantanannya. Kulihat wajaah Hasim
menegang, tangan kanannya meremas buah dadaku sedang tangan kirinya
meremas pantatku sambil menahan gerakan tubuhku.
Kurasakan kejantanan Hasim pelan-pelan
ditarik keluar, dan dimasukkan lagi saat setengah batangnya keluar,
begitu seterusnya, makin lama makin cepat.
“Oohh.. yaa.., truss..! Yes.., I love it..!” desahku, menerima kocokan kejantanan Hasim di vaginaku.
Hasim dengan irama yang teratur memompa
vaginaku, sambil mempermainkan lidahnya di leher dan bibirku. Aku tak
bisa lagi mengontrol gerakanku, desahanku semakin berisik terdengar.
Hasim mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan di pundaknya, kurasakan
penetrasinya semakin dalam di vaginaku, menyentuh relung vagina yang
paling dalam.
Kocokan Hasim semakin cepat dan keras, diselingi goyangan pantat menambah sensasi yang kurasakan.
“Sshhit.., fuck me like a dog..!”
desahanku sudah ngaco, keringat sudah membasahi tubuhku, begitu juga
dengan Hasim, menambah pesona sexy pada tubuhnya.
Aku hampir mencapai puncak kenikmatan
ketika Hasim menghentikan kocokannya, dan memintaku untuk berdiri, tentu
saja aku sedikit kecewa, tapi aku percaya kalau dia akan memberikan
yang terbaik.
“Mau dilanjutin di sini atau pindah ke ranjang..?” tanyanya terus menjilati putingku.
Tanpa menjawab aku langsung
membelakanginya dan kubungkukkan badanku, rupanya dia sudah tahu mauku,
langsung mengarahkan kejantanannya ke vaginaku. Kuangkat kaki kananku
dan dia menahan dengan tangannya, sehingga kejantanannya dapat masuk
dengan mudah.
Dengan sedikit bimbingan, melesaklah
batang kejantanan itu ke vaginaku, dan Hasim langsung menyodok dengan
keras, terasa sampai menyentuh dinding dalam batas terakhir vaginaku,
terdongak aku dibuatnya karena kaget.
“Aauugghh.., yes.., teruss.., yaa..!”
teriakku larut dalam kenikmatan. Sodokan demi sodokan kunikmati, Hasim
menurunkan kakiku, dan kurentangkan lebar sambil tanganku tertumpu pada
meja toilet, tangan Hasim memegang pinggulku dan menariknya saat dia
menyodok ke arahku, begitu seterusnya.
Rasanya sudah tidak tahan lagi, ketika
tangan Hasim meremas buah dadaku dan mempermainkan putingku dengan jari
tangannya, sensasinya terlalu berlebihan, apalagi keberadaan Fahri yang
dengan setia menyaksikan pertunjukan kami sambil memegang kejantanannya
sendiri.
“ a.. ak.. aku.. sud.. sudah.. nggak ta.. ta.. han..!” desahku, ternyata Hasim langsung menghentikan gerakannya.
“Jangan dulu Sayang, kamu belum
merasakan yang lebih hebat.” katanya, tapi terlambat, aku sudah mencapai
puncak kenikmatan terlebih dahulu.
“Aaughh.., yess.., yess..!” teriakku mengiringi orgasme yang kualami, denyutan di vaginaku terasa terganjal begitu besar.
Hasim hanya mendesah sesaat sambil tangannya tetap meremas buah dadaku yang ikut menegang
“Ayo Hasim, keluarin sekarang, jangan goda aku lagi..!” pintaku memelas karena lemas.
Hasim mengambil handuk dan ditaruhnya di
lantai, lalu dia memintaku berlutut, rupanya Hasim menginginkan doggie
style, kuturuti permintaannya. Sekarang posisiku merangkak di lantai
dengan lututku beralaskan tumpukan handuk, menghadap ke pintu ke arah
Fahri.
Hasim mendatangiku dari belakang,
mengatur posisinya untuk memudahkan penetrasi ke vaginaku. Setelah
menyapukan kejantanannya yang masih menegang, dengan sekali dorong
masuklah semua kejantanan itu ke vaginaku.
Meskipun sudah berulang kali terkocok
oleh kejantanannya, tidak urung terkaget juga aku dibuatnya. Hasim
langsung memacu kocokannya dengan cepat seperti piston mobil dengan
silindernya pada putaran di atas 3000 rpm, kenikmatan langsung
menyelimuti tubuhku.
Hasim menarik rambutku ke belakang
sehingga aku terdongak tepat mengarah ke Fahri. Berpegangan pada
rambutku Hasim mempermainkan kocokannya, sesekali pantatnya digoyang ke
kiri dan ke kanan, atau turun naik, sehingga memek ku seperti diaduk-aduk kejantanannya.
Dia sungguh pandai menyenangkan hati
wanita karena permainannya yang penuh variasi dan diluar dugaan.
Tiba-tiba kudengar teriakan dari Fahri, tepat ketika aku mendongak ke
arah dia, menyemprotlah sperma dia dari tempatnya dan tepat mengenai
wajah dan rambutku.
Ternyata sambil menikmati permainan
kami, dia mengocok sendiri kejantanannya alias self service. Hasim
mengangkat badannya tanpa melepas kejantanannya dariku, kini posisi dia
menungging, sehingga kejantanannya makin menancap di vaginaku tanpa
menurunkan tempo permainannya.
Aku sudah tidak tahan diperlakukan
demikian, dan untuk kedua kalinya aku mengalami orgasme hebat dalam
waktu yang relatif singkat, sementara Hasim masih tetap tegar menantang.
“Masih kuat untuk melanjutkan Mbak..?” tantang dia.
Kalau seandainya dia tidak bertanya
seperti itu aku pasti minta waktu istirahat dulu, tapi dengan pertanyaan
itu, aku merasa tertantang untuk adu kuat, dan tantangan itu tidak
dapat kutolak begitu saja.
Sebagai jawaban, kukeluarkan
kejantanannya dari tubuhku, kuminta dia rebah di lantai kamar mandi
beralas handuk, aku juga ingin ngerjain dia, pikirku. Tanpa menunggu
waktu lebih lama lagi, begitu dia telentang, kukangkangkan kakiku di
wajahnya hingga dia dapat merasakan cairan orgasme yang meleleh dari
vaginaku.
Rasain, pikirku. Tapi aku salah,
ternyata dia malah dengan senang hati menghisap vaginaku hingga terasa
kering dan kembali mempermainkan lidah mautnya di vaginaku. Agak
kesulitan juga aku ber-hula hop karena terasa kejantanannya yang besar
mengganjal di dalam dan mengganggu gerakanku.
Semakin kupaksakan semakin nikmat
rasanya dan semakin cepat gerakan bergoyangku kenikmatan itu semakin
bertambah, maka hula hop-ku semakin cepat dan tambah tidak beraturan.
Kuamati wajah Hasim yang ganteng bersimbah peluh dan terlihat menegang
dalam kenikmatan, tangannya meremas-remas buah dadaku dengan liarnya
sambil mempermainkan putingku.
Hampir saja aku orgasme lagi kalau tidak
segera kuhentikan gerakanku, tapi ternyata Hasim tidak mau berhenti.
Ketika aku menghentikan gerakanku, ternyata justru dia menggoyang
tubuhku sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga vaginaku tetap
terkocok dari bawah, dan kembali orgasmeku tidak terbendung lagi untuk
kesekian kalinya.
Hasim tetap saja mengocok, meski dia
tahu aku sedang di puncak kenikmatan birahi. Kali ini aku benar-benar
lemes mes mes, tapi Hasim tidak juga mengentikan gerakannya.
Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, sehingga kami saling
berpelukan.
Dinginnya AC tidak mampu mengusir
panasnya permainan kami, peluh kami sudah menyatu dalam kenikmatan nafsu
birahi. Hasim memelukku dan mencium mulutku sambil kembali
mempermainkan lidahnya, kejantanannya masih keras bercokol di memek ku, terasa panas sudah, atau mungkin lecet.
Tidak lama kemudian nafsuku bangkit
lagi, kuatur posisi kakiku hingga aku dapat menaik-turunkan tubuhku
supaya kejantanan Hasim bisa sliding lagi. Meskipun kakiku terasa lemas,
kupaksakan untuk men-sliding kejantanan Hasim yang sepertinya makin
lama makin mengeras.
Melihatku sudah kecapean, Hasim
memintaku untuk masuk ke bathtub dan kuturuti keinginannya supaya aku
kembali ke posisi doggie. Sebelum memasukkan kejantanannya, Hasim
membuka kran air hingga keluarlah air dingin dari shower di atas,
kemudian dengan mudahnya dia melesakkan kejantanannya ke vaginaku untuk
kesekian kalinya.
Bercinta di bawah guyuran air shower
membuat tubuhku segar kembali, sepertinya dia dapat membaca kemauan
lawan mainnya, kali ini kocokannya bervariasi antara cepat keras dan
pelan. Tidak mau kalah, setelah terasa staminaku agak pulih, kuimbangi
gerakan sodokan Hasim dengan menggoyang-goyangkan pantatku ke kiri dan
ke kanan atau maju mundur melawan gerakan tubuh Hasim.
Dan benar saja, tidak lama kemudian
kurasakan cengkeraman tangan Hasim di pantatku mengencang, kurasakan
kejantanan Hasim terasa membesar dan diikuti semprotan dan denyutan yang
begitu kuat dari kejantanan Hasim.
Vaginaku terasa dihantam kuat oleh
gelombang air bah, denyutan dan semprotan itu begitu kuat hingga aku
terbawa melambung mencapai puncak kenikmatan yang ke sekian kalinya.
Kami orgasme secara bersamaan akhirnya, tubuhku langsung terkulai di
bathtub.
Kucuran air kurasakan begitu sejuk
menerpa tubuhku yang masih berpeluh. Hasim mengambil sabun dan menyabuni
punggungku serta seluruh tubuhku. Dengan gentle dia memperlakukan aku
seperti layaknya seorang lady hingga aku selesai mandi.
Dengan hanya berbalut handuk aku keluar
kamar mandi menuju ranjang untuk beristirahat. Kulihat Fahri sudah
mengenakan piyama dan duduk di sofa memperhatikanku keluar dari kamar
mandi. Expresi di wajah Fahri tidak dapat kutebak, tapi tiada terlihat
sinar kemarahan atau cemburu melihat bagaimana aku bercinta dengan Hasim
di kamar mandi selama lebih dari satu jam.
Aku langsung merebahkan tubuhku di
ranjang yang hangat, mataku sudah terlalu berat untuk terbuka, masih
kudengar sayup-sayup pembicaraan Fahri sebelum aku terlelap dalam
tidurku.=
“Kamu hebat Hasim, belum pernah ada yang
membuat dia orgasme terlebih dahulu, bahkan setelah bermain dengan dua
orang.” kata Fahri ketika Hasim keluar dari kamar mandi.
“Ah biasa saja .” jawab Hasim kalem merendah.
“Emang dia sering melayani 2 orang sekaligus..?” lanjut Hasim.
“Ah bukan urusanmu anak muda, oke Hasim, tugas kamu sudah selesai, uang kamu ada di sebelah TV dan kamu boleh pergi.” kata Fahri
“ boleh saya usul..?”
“Silakan..!”
“Kalau saya boleh tinggal dan menemani
lebih lama bahkan sampai pagi, biarlah nggak usah ada tambahan bayar
overtime, aku jamin dia pasti lebih dari puas.”usul Hasim.
“Cilaka..,” pikirku. Aku tidak tahu apa
yang dikatakan Fahri karena sudah terlelap dalam tidur indah. Entah
sudah berapa lama tertidur ketika kurasakan sesuati menggelitik memek ku
Sambil membuka mata yang masih berat,
kulihat kepala sudah terbenam di selangkanganku yang telah tebuka lebar.
Ah, Hasim mulai lagi, pikirku. Ketika aku menoleh ke sofa mencari
Fahri, kulihat dia telanjang duduk di samping Hasim yang juga telanjang
sambil tersenyum ke arahku.
Jadi siapa yang bermain di vaginaku saat
ini, terkaget aku dibuatnya. Langsung duduk kutarik rambutnya dan
ternyata si Boris, teman Hasim yang kusuruh pulang bersama si pendek
tadi.
Sebenarnya dia tidak terpilih bukan karena aku tidak tertarik, tapi aku harus memutuskan satu di antara dua yang baik.
“What the hell going on here..?”
pikirku, tapi tidak sempat terucap karena permainan lidahnya sungguh
menggetarkan naluri kewanitaanku.
Kubiarkan Boris bermain di
selangkanganku dan kunikmati permainan lidahnya, meskipun tidak sepintar
Hasim, tapi masih membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan.
“Ugh.., shh..!” aku mulai mendesis.
Kubenamkan kepala Boris lebih dalam untuk mendapatkan kenikmatan lebih
jauh. Boris menjilatiku dengan hebatnya hingga beberapa saat sampai
kulihat Hasim berdiri dari tempatnya dan menghampiri Boris.
Diangkatnya kakiku hingga terpentang dan
Hasim mengganjal pantatku dengan bantal hingga posisi vaginaku sekarang
menantang ke atas. Hasim mengganti posisi Boris, menjilati vaginaku
dengan mahirnya, kemudian mereka berganti posisi lagi.
Cukup lama juga Hasim dan Boris
menjilati vaginaku secara simultan. Sensasinya sungguh luar biasa hingga
aku larut dalam kenikmatan. Jilatan Boris sudah berpindah ke daerah
anusku, ketika Hasim menjilati pahaku terus naik dan berhenti untuk
bermain di daerah vaginaku.
“Aahh.., gilaa.., aagh.., shit..
yess..!” aku terkaget, karena baru kali ini aku dijilati oleh dua
laki-laki di daerah kewanitaanku. Bayangkan dua lidah dengan satu di
anus dan satunya di vagina. Keduanya begitu expert dalam permainan
lidah.
Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan
dengan kata-kata, sensasi ini terlalu berlebihan bagiku, bahkan
terbayang pun tidak pernah. Dengan penuh gairah mereka bermain di kedua
lubangku, aku tidak tahu harus berkata apa selain mendesah dan menjerit
dalam kenikmatan birahi.
Aku mencari pegangan sebagai pelampiasan
rasa histeriaku, tapi tidak kudapatkan hingga akhirnya kuremas-remas
sendiri buah dadaku yang ikut menegang. Tidak tahan menahan sensasi yang
berlebihan, akhirnya aku mencapai orgasme duluan.
Orgasme tercepat selama hidupku, tidak
sampai penetrasi dan tidak lebih dari 15 menit, suatu rekor yang tidak
perlu dibanggakan. Mulut Hasim tidak pernah beranjak dari vaginaku,
disedotnya vaginaku seperti layaknya vacum cleaner.
“Shit.. Hasim.. stop.. stoop..!
Please..!” pintaku menahan malu. Lidah Hasim naik menelusuri perutku dan
berhenti di antara kedua bukit di dadaku, lalu mendaki hingga mencapai
putingku. Dikulumnya lalu sambil meremas buah dadaku dia mulai mengulum
dan mempermainkan putingnya dengan lidah mautnya.
Belum sempat kurasakan mautnya permainan
lidah Hasim, aku merasakan Boris telah menyapukan kejantanannya di
bibir vaginaku sebentar dan langsung kejantanan Boris tanpa basa basi
langsung melesak masuk ke vaginaku.
Kurasakan ada perbedaan rasa dengan
Hasim karena bentuknya memang berbeda. Punya Hasim besar dan melengkung
ke kiri bawah, agak unik, sedangkan Boris kecil panjang melengkung lurus
ke atas, jadi disini kurasakan dua rasa.
Gila, kalau tadi siang kurasakan punya
Hasim yang banyak menggesek bagian kananku, sekarang kurasakan bagian
atas vagina menerima sensasi yang hebat, karena kejantanan Boris
mempunyai kepala yang besar, menyodok-nyodok dinding vaginaku.
Kedua kakiku dipentangkan dengan lebar
oleh Boris, Hasim bertambah gairan bergerilya menjelajahi kedua bukit
dan menikmati kenyalnya bukit dan putingku yang makin menegang.
Tangannya tidak henti meremas dan mengelus kedua bukit di dadaku,
sesekali wajahnya dibenamkan di antara kedua bukitku seperti orang
gemas.
Boris makin kencang mengocok vaginaku
sambil menjilati jari-jari kakiku. Aku menggelinjang makin tidak karuan
diperlakukan kedua anak muda ini. Kocokan dan remasan tanganku di
kejantanan Hasim makin keras mengimbangi permainan mereka.
“Uugghh.. sshh.. kalian.. me.., me..mang
gilaa..!” teriakku. Permainan mereka semakin ganas mengerjaiku. Kutarik
tubuh Hasim ke atas, kini Hasim sudah berlutut di samping kepalaku,
kejantanannya yang tegang tepat ke arah wajahku.
Segera kulahap kejantanannya, sekarang
aku mau mengulumnya karena kejantanan itu terakhir kali masuk di
vaginaku, tidak seperti saat pertama tadi, entah dengan siapa sebelum
aku. Seperti dugaanku, mulutku ternyata tidak dapat mengulum masuk semua
batang kejantanannya, terlalu besar untuk mulut mungilku.
KLIK66 Hasim sekarang mengangkangiku, kepalaku
di antara kedua kakinya, sementara kejantanannya kembali tertanam di
mulutku. Dikocok-kocoknya mulutku dengan penis besarnya seolah berusaha
menanamkan semuanya ke dalam, tapi tetap tidak bisa, it’s too big to my
nice mouth, very hard blowjob.
Kurasakan kenikmatan yang memuncak, dan kembali aku mengalami orgasme beberapa saat kemudian.
“Mmgghh.. mmgh.. uugh..!” teriakku tertahan karena terhalang kejantanan Hasim, masih untung tidak tergigit saat aku orgasme.
Tanpa memberiku istirahat, mereka
membalikkan tubuhku, kini aku tertumpu pada lutut dan tanganku, doggy
style. Boris tetap bertugas di belakang sementara Hasim duduk
berselonjor di hadapanku.
Seperti sebelumnya, Boris langsung
tancap gas mengocokku dengan cepat, kurasakan kejantanannya makin dalam
melesak ke dalam vaginaku, pinggangku dipegangnya dan gerakkan
berlawanan dengan arah kocokannya, sehingga makin masuk ke dalam di
vaginaku.
Antara sakit dan nikmat sudah sulit
dibedakan, dan aku tidak sempat berpikir lebih lama ketika Hasim
menyodorkan kejantanannya di mulutku kembali. Kedua lubang tubuhku kini
terisi dan kurasakan sensasi yang luar biasa.
Dengan terus mengocok, Boris
mengelus-elus punggungku, kemudian tangannya menjelajah ke dadaku,
dielus dan diremasnya dengan keras keduanya sesekali mempermainkan
putingku, kegelian dan kenikmatan bercampur menjadi satu.
Tidak ketinggalan Hasim memegang rambutku, didorongnya supaya kejantanannya dapat masuk lebih dalam di mulutku.
“Emmhh.., mhh..!” desahku sudah tidak
keluar lagi, terlalu sibuk dengan kejantanan Hasim di mulutku.
Kugoyang-goyangkan badanku, pantatku bergerak berlawanan gerakan Boris
dan kepalaku turun naik dengan cepat mengocok Hasim.
Tidak lama kemudian, “Shit.., aku mau
keluar..!” teriak Hasim sambil menarik kepalaku ke atas, tapi aku tidak
perduli, malah kupercepat kocokan mulutku hingga menyemprotlah sperma
Hasim dengan deras ke mulutku, semprotannya cukup kencang hingga
langsung masuk ke tenggorokanku.
Tanpa ragu lagi kutelan sperma yang ada
di mulutku, Hasim mengusap sisa sperma di bibir yang tidak tertampung di
mulutku. Kulihat senyum puas di wajah Hasim, lalu dia bergeser ke
samping, ternyata Fahri sudah berada di samping ranjang, dia kemudian
mengganti posisi Hasim berselonjor di hadapanku.
Tanpa menunggu lebih lama lagi langsung
kukulum kejantanan dia yang basah, kurasakan aroma sperma, sepertinya
dia habis berejakulasi melihat permainan kami bertiga. Karena ukuran
kejantanan Fahri tidak sebesar punya Hasim, maka dengan mudah aku
melahap semua hingga habis sampai ke pangkal batangnya, dan segera
mengocok keluar masuk.
Boris mendorong tubuhku hingga telungkup
di ranjang, entah bagaimana posisi dia dengan tubuhku telungkup, dia
tetap mengocok vaginaku dengan ganasnya. Fahri hanya dapat mengelus
rambutku dan mempermainkan buah dadaku dari bawah.
Tidak lama kemudian Boris mencabut
kejantanannya, dan langsung berbaring di sebelahku. Aku mengerti
maksudnya, sebenarnya harusnya aku yang mengatur dia bukan sebaliknya,
tapi toh kuturuti juga. Cerita Sex Tante
Kutinggalkan Fahri dan aku menaiki tubuh
Boris, kejantanannya masih menegang ke atas, kuatur tubuhku hingga
vaginaku pas dengan kejantanannya yang sudah menunggu, lalu kuturunkan
pantatku dan bles. Langsung saja aku bergoyang salsa di atasnya.
Kini aku pegang kendali, pantatku
kuputar-putar sehingga vaginaku terasa diaduk-aduk olehnya. Boris
memegangi kedua buah dadaku dan meremasnya. Fahri berdiri di atas
ranjang dan menghampiriku, dia menyodorkan kembali kejantanannya,
kubalas dengan jilatan dan kuluman.
Ternyata Hasim yang sudah recovery tidak
mau ketinggalan, dia berdiri di sisi lainnya dan menyodorkan
kejantanannya ke arahku. Kini tanganku memegang dua penis yang berbeda,
baik dari ukuran, bentuk dan kekerasannya, belum lagi yang tertanam di
vaginaku, aku sedang menikmati tiga macam penis sekarang.
Kupermainkan Hasim dan Fahri secara
bergantian di mulutku antara kuluman dan kocokan tangan. Pantatku tidak
pernah berhenti bergoyang di atas Boris, sungguh suatu sensasi dan
kenikmatan yang sangat berlebihan dan rasanya tidak semua orang dapat
menikmatinya.
Beruntungkah aku..? Entahlah, yang jelas
sekarang aku sedang melambung dalam lautan kenikmatan birahi tertinggi.
Entah sudah berapa banyak cairan vaginaku terkuras keluar. Boris belum
juga memperlihatkan tanda-tanda akan orgasme.
Aku mengganti gerakanku, kini turun naik
sliding di atasnya, kulepas tangan kiriku dari penis Hasim dan kuelus
kantong pelir Boris untuk menambah rangsangan padanya. Ternyata Boris
melawan gerakanku dengan menaik-turunkan pantatnya berlawanan denganku
sehingga kejantanannya makin menancap dalam, tangannya tidak pernah
melepas remasannya dari buah dadaku.
Hasim bergerak ke belakangku, dielusnya
punggungku dan elusannya berhenti di lubang anusku. Dengan ludahnya dia
mengolesi lubang itu dan mencoba memasukkan jarinya ke dalam, sesaat
terlintas di benakku bahwa dia mau anal, berarti double penetration.
Aku belum siap untuk itu, tidak seorang
pun kecuali suamiku yang mendapatkan anal dariku. Kuangkat tangannya
dari anusku, pertanda penolakan dan dia mengerti. Hasim berlutut di
belakangku, didekapnya tubuhku dari belakang dan tangannya ikut
meremas-remas buah dadaku.
Sambil menciumi tengkuk dan telingaku,
kejantanannya menempel hangat di pantatku, kini dua pasang tangan di
kedua buah dadaku. Karena didekap dari belakang aku tidak dapat bergerak
dengan leluasa, akibatnya Boris lebih bebas mengocok vaginaku dari
bawah.
Aku sudah tidak dapat mengontrol tubuhku
lagi, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, padahal masih
dengan Boris. Ada dua lagi penis menunggu giliran menikmati vaginaku,
Hasim dan Fahri, suamiku.
Tidak lama setelah mengocokku dari
bawah, kurasakan badan Boris yang menegang kemudian disusul denyutan
keras di vaginaku. Begitu keras dan deras semprotan spermanya hingga aku
tersentak kaget menerima sensasi itu hingga aku menyusul orgasme sesaat
setelahnya.
Begitu nikmat dan nikmat, untung aku
sempat mengeluarkan kejantanan Fahri dari mulutku sesaat setelah
kurasakan semburan Boris, kalau tidak hampir pasti dia akan tergigit
saat aku mengikuti orgasme.
Tubuhku langsung melemas, aku langsung
terkulai di atas tubuh Boris. Hasim sudah melepas dekapannya dan Fahri
duduk di samping Boris, sepertinya mereka menunggu giliran. Napasku
sudah ngos-ngosan, aku dapat merasakan degup jantung Boris yang masih
kencang, keringat kami sudah bercampur menjadi satu.
Kejantanan Boris masih tertanam di
vaginaku meskipun sudah melemas hingga akhirnya keluar dengan
sendirinya. Hasim menawariku lippovitan, penambah energi. Setelah aku
berbaring di samping Boris, berarti dia sudah bersiap untuk bertempur
denganku, segera kuhabiskan minuman itu, kesegaran memasuki di tubuhku
tidak lama kemudian.
“Gila kamu Ndre, ternyata tak kalah dengan Hasim.” komentarku.
“Ah biasa Mbak, kita udah biasa kerjasama kok.” jawabnya.
“Makanya kompak kan Mbak, dan Mbak
termasuk hebat bisa melayani kami sendiri-sendiri dalam satu hari, dan
barusan adalah satu jam 17 menit.”
Hasim menimpali. “Biasanya kami langsung
main bertiga, dan itu tidak lebih lama daripada sendiri-sendiri, paling
lama setengah jam sudah KO.” kembali Boris menambahi.
Aku ke kamar mandi supaya badan segar,
kuguyurkan air hangat di sekujur tubuhku, kusiram rambutku yang tidak
karuan bercampur bau sperma. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.30
malam ketika aku keluar dari kamar mandi.
Kulihat mereka duduk di sofa, Hasim dan
Boris di sofa panjang sementara Fahri di sofa satunya, masih
bertelanjang. Ketika aku datang hanya berbalut handuk, ranjang sudah
dirapikan, entah apa rencana mereka, pikirku.
Persetan yang penting aku dapat
menikmati dan kuikuti permainannya. Rupanya aku terlalu lama dan asyik
mandi hingga tidak tahu kalau makanan datang dan sudah tersaji di meja.
Aku merasa lapar, maklum habis selesai dengan Hasim disambung sama Boris
dan aku belum makan sejak tadi siang.
Aku duduk di antara Hasim dan Boris,
yang kemudian disambut tarikan handuk pembalut tubuhku oleh Hasim hingga
terlepas. Keduanya langsung mencium pipiku kiri kanan dan kusambut
remasan di kejantanan mereka yang agak menegang.
“Makan dulu yuk..!” ajakku langsung ke meja. Kami berempat bertelanjang makan bersama sambil bercerita pengalaman mereka.
Aku tidak berani makan terlalu banyak,
takut kalau terlalu banyak bergoyang jadi sakit perut, yang penting
tidak lapar dan dapat menambah energi nanti, sepertinya mereka melakukan
hal yang sama. Setelah istirahat selesai makan, kembali aku duduk di
antara dua anak muda itu.
Kali ini mereka langsung mencium leherku
di kiri dan kanan sambil meremas-remas dadaku masing-masing satu. Fahri
berdiri ke arah kami, dia meminta Hasim berpindah tempat, dan dia
langsung melakukan hal yang sama, menciumi leherku dan terus turun ke
dada, sekarang Boris dan Fahri mengulum putingku di kiri dan kanan.
Hasim tidak mau jadi penonton, dia
langsung bejongkok di antara kakiku, melebarkannya dan lidahnya mulai
menjelajah di vaginaku. Mungkin dia masih mencium aroma sperma Boris
karena memang tidak kubersihkan, tapi dia tidak perduli, jilatan demi
jilatan menjelajah di vaginaku, dipermainkannya vaginaku dengan lidah
dan jari tangannya.
Kenikmatan mulai kurasakan, foreplay
dengan 3 orang sekaligus, akan mempercepat perjalanan menuju puncak
kenikmatan birahi. Dengan kemahiran permainan lidah Hasim, aku sudah
terbakar birahi, kepalanya kujepit dengan kedua kakiku supaya lebih
merapat di selangkanganku.
Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi, layu sebelum birahi.
“Sshh.., Hasim masukin Sayang..,
sekarang..!” pintaku di sela kuluman Boris dan Fahri di dadaku. Tanpa
menunggu kedua kalinya, Hasim segera bangkit dan menyapukan kepala
kejantanannya ke vaginaku, ternyata Boris mengikuti Hasim, dia stand by
di sampingnya sambil mementangkan kakiku lebar.
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Hasim
langsung mengocokku cepat dan keras, aku langsung menggeliat kaget,
tapi segera mulutku dibungkam dengan ciuman bibir oleh Fahri. Boris
sambil memegangi kakiku, dia menjilati kedua jari kakiku secara
bergantian.
Aku ingin menjerit dalam kenikmatan tapi
tidak dapat karena lidah Fahri masih menikmati bibirku. Kocokan Hasim
bertambah cepat, iramanya susah ditebak karena terlalu banyak
improvisasi, aku kewalahan mengikuti iramanya, disamping memang dia
expert mempermainkan iramanya, dilain sisi aku juga sibuk menghadapi dua
orang lainnya.
Fahri minta aku mengulum kejantanannya,
maka kusingkirkan Hasim dari vaginaku, aku langsung jongkok di depan dia
yang duduk di sofa, langsung mengulum penisnya yang sudah tegang. Hasim
tidak mau menunggu lebih lama, dengan doggy style dia mulai memasuki memek ku
Sodokan awal perlahan, tapi selanjutnya
makin keras dan cepat. Boris, aku tidak tahu dimana posisi dia, tapi
yang kutahu dia stand by di samping Hasim.
Kugoyang-goyangkan pantatku mengikuti
irama Hasim, makin lama makin terasa nikmatnya, cukup lama dia
mengocokku dengan berbagai variasi gerakan hingga ketika puncak
kenikmatan hampir kurengkuh, tiba tiba dia mencabut kejantanannya.
Aku mau protes, tapi ketika kutengok ke
belakang ternyata Boris sudah bersiap menggantikan posisi Hasim, dan
sekali dorong tanpa menunggu reaksiku amblaslah kejantanannya ke
vaginaku. Sekali lagi kurasakan perbedaan sensasi dari keduanya.
Entahlah aku tidak dapat menentukan mana
yang lebih nikmat. Boris langsung menggoyang sambil mengocokku dengan
iramanya sendiri. Saat Boris sedang memacuku dengan cepat, tiba-tiba
Fahri menyemprotkan spermanya di mulutku, terkaget juga aku, karena
terkonsentrasi pada kocokan Boris hingga kurang memperhatikan ke Fahri.
Kujilati sisa sperma di kejantanan dia
yang tidak terlalu banyak. Ternyata Hasim sudah mengganti posisi Boris,
kemudian mereka berganti lagi begitu seterusnya entah sudah berapa kali
berganti menggilirku hingga aku sudah tidak dapat membedakan lagi apakah
yang mengocok vaginaku Boris atau Hasim, keduanya sama-sama nikmat.
Mereka tidak memperdulikan sudah berapa
kali puncak birahi sudah kurengkuh. Selama aku belum bilang stop, mereka
akan terus memacuku ke puncak kenikmatan. Entah sudah berapa lama
dengan doggy style, lututku terasa capek.
Aku merangkak naik ke sofa yang
ditinggal Fahri, tetap dengan posisi doggy sofa mereka tidak memberiku
kesempatan bernapas. Melayani satu Boris atau Hasim saja aku sudah
kewalahan, apalagi menghadapi mereka berdua secara bersamaan, dan mereka
begitu kompak melayani birahiku.
Berulang kali mereka mencoba memasukkan
kejantanannya ke lubang anus, tapi selalu kutolak dan kutuntun
kejantanannya kembali ke vaginaku. Kunikmati sodokan demi sodokan dari
belakang entah dari Hasim atau Boris hingga tiba-tiba kurasakan
perbedaan yang drastis, begitu kecil dan rasanya seperti hanya masuk
separoh saja kocokannya.
Aku menoleh kebelakang, ternyata Fahri
ikut bergiliran dengan mereka. Ternyata mereka melakukan permainan.
Ketika Fahri sedang mengocokku, Hasim dan Boris mengundi siapa
berikutnya, begitu juga ketika Hasim menyodokku, Fahri dan Boris
mengundi berikutnya, begitu seterusnya.
Aku berharap supaya Fahri tidak pernah
menang. Waktu giliran ternyata ditentukan tidak lebih dari 3 menit untuk
orang berikutnya, yang orgasme duluan harus merelakan diri jadi
penonton. Entah sudah berapa lama berlangsung, lututku sudah lemas, tapi
serangan dari belakang tidak menurun juga, aku heran juga ternyata
Fahri dapat sedikit mengimbangi permainan Hasim dan Boris.
Dan benar dugaanku, tidak lama kemudian
ketika si penis kecil sedang mengocokku, kurasakan denyutan-denyutan di
dinding vaginaku dan kudengar teriakan Fahri pertanda dia orgasme.
Kemudian kembali vaginaku berganti penghuni secara bergantian.
Mereka melakukannya dengan kompak,
banyak lagi variasi yang dilakukan mereka kepadaku, baik di ranjang, di
meja makan, sambil berdiri menghadap dinding, mereka lebih suka
melakukan secara simultan.
Ketika aku hampir menghentikan
permainan, mereka memberi tanda supaya aku berjongkok di antara mereka
dan dengan sedikit bantuan kuluman dan kocokan pada kejantanan mereka
secara bergantian, akhirnya menyemprotlah sperma mereka secara hampir
bersamaan.
Semua memuncrat ke wajah, sebagaian
masuk mulut hingga ke tubuhku. Aku sangat menikmati ketika semprotan
demi semprotan menerpa wajah dan tubuhku, terasa begitu erotic. Kami
semua rebah di ranjang, jarum jam menunjukkan 01,30 dini hari, berarti
sekitar dua jam bercinta dengan tiga orang sekaligus, sungguh permainan
yang indah dan jauh memuaskan.
Satu persatu tertidur kelelahan masih
dalam keadaan telanjang. Tidak lama mataku terpejam ketika kurasakan
ciuman di mulutku, Boris yang sudah menindihku berbisik,
“Boleh nggak aku minta lagi.” bisiknya pelan di telingaku.
Tanpa menjawab, kubuka kakiku dan dengan
mudahnya dia memasukkan kejantanannya ke dalam. Dengan goyangan
perlahan seperti menikmati, ternyata tidak lama dia sudah orgasme,
ternyata bisa juga dia orgasme dengan cepat, mungkin 15 menit.
Kemudian kami kembali tertidur. Tidak
lama kemudian kejadian tadi terulang lagi, kali ini dengan Hasim. Dengan
cepat pula dia menuntaskan hasratnya. Ketika kami semua terbangun pukul
10 pagi, rasanya aku belum lama tidur, Kulihat Fahri sudah memakai
pakaian, sementara Hasim dan Boris masih telanjang berbincang dengan
Fahri.
“Pagi Sayang, bagaimana mimpi indahmu..?” tanyanya.
“Terlalu indah untuk sebuah mimpi.”
jawabku yang langsung ke kamar mandi untuk berendam menghilangkan lelah.
Tidak lama kemudian ketika sedang asyik berendam, muncullah Hasim dan
Boris di pintu kamar mandi yang memang tidak kukunci.
“Mau ditemenin mandi Mbak..?” tanya Boris.
“Pasti asyik kalau mandi bertiga.” sambung Hasim.
Dan akhirnya sudah dapat diduga, kembali
kami melakukan permainan sex bertiga, tapi kali ini dilakukan di kamar
mandi, ternyata sensasinya berbeda dari tadi malam. Banyak juga aku
belajar variasi baru.
Bertiga di kamar mandi, baik itu di bathtub, shower ataupun di meja westafel kamar mandi, sungguh pengalaman yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment