Cewe Malam Pemandu Karaoke
KLIK66 Cerita ku bersama Cewe Malam
Pemandu Karaoke, Aku sudah Berkeluarga yang memiliki 1 Orang istri dan
Anak,yang awal nya aku hanya mencoba Relax untuk pergi karaoke malah
keterusan.
Padahal istriku juga cantik dan selalu
menggairahkan dalam berhubungan tapi namanya juga pria ya ada sifat
untuk hal lain, seakan akan belum puas, singkat cerita awalnya begini
aku cuma iseng-iseng main ke sebuah klub karaoke. Tidak disangka di sana
banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja.
Tingkah laku mereka sangat menggoda. Dan
mereka memang sengaja datang ke sana untuk mencari kesenangan. Tapi
tidak sedikit yang sengaja mencari laki-laki hidung belang.
Terus terang waktu itu aku sebenarnya
tertarik dengan salah seorang gadis di sana. Wajahnya cantik, Tubuhnya
juga padat dan sintal, kulitnya kuning langsat. Dan aku memperkirakan
umurnya tidak lebih dari delapan belas tahun.
Aku ingin mendekatinya, tapi ada
keraguan dalam hati. Aku hanya memandanginya saja sambil menikmati
minuman ringan, dan mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan pengunjung
secara bergantian.
Tapi sungguh tidak diduga sama sekali
ternyata gadis itu tahu kalau aku sejak tadi memperhatikannya. Sambil
tersenyum dia menghampiriku, dan langsung saja duduk disampingku. Bahkan
tanpa malu-malu lagi meletakkan tangannya di atas pahaku. Tentu saja
aku sangat terkejut dengan keberaniannya yang kuanggap luar biasa ini.
“Sendirian aja nih…, Omm..”, sapanya dengan senyuman menggoda.
“Eh, iya..”, sahutku agak tergagap.
“Perlu teman nggak..?” dia langsung menawarkan diri.
Aku tidak bisa langsung menjawab. Sungguh mati, aku benar-benar tidak tahu kalau gadis muda belia ini sungguh pandai merayu.
Sehingga aku tidak sanggup lagi ketika
dia minta ditraktir minum. Meskipun baru beberapa saat kenal, tapi
sikapnya sudah begitu manja. Bahkan seakan dia sudah lama mengenalku.
Padahal baru malam ini aku datang ke klub karaoke ini dan bertemu
dengannya.
Semula aku memang canggung, Tapi
lama-kelamaan jadi biasa juga. Bahkan aku mulai berani meraba-raba dan
meremas-remas pahanya. Memang dia mengenakan rok yang cukup pendek,
sehingga sebagian pahanya jadi terbuka.
Hampir tengah malam aku baru pulang.
Sebenarnya aku tidak biasa pulang sampai larut malam begini. Tapi
istriku tidak rewel dan tidak banyak bertanya.
Sepanjang malam aku tidak bisa tidur.
Wajah gadis itu masih terus membayang di pelupuk mata. Senyumnya, dan
kemanjaannya membuatku jadi seperti kembali ke masa remaja.
Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke
itu, dan ternyata gadis itu juga datang ke sana. Pertemuan kedua ini
sudah tidak membuatku canggung lagi. Bahkan kini aku sudah berani
mencium pipinya. Malam itu akau benar-benar lupa pada anak dan istri di
rumah.
Aku bersenang-senang dengan gadis yang sebaya dengan adikku. Kali ini aku justru pulang menjelang subuh.
Mungkin karena istriku tidak pernah
bertanya, dan juga tidak rewel. Aku jadi keranjingan pergi ke klub
karaoke itu. Dan setiap kali datang, selalu saja gadis itu yang
menemaniku. Dia menyebut namanya Susiana.
Entah benar atau tidak, aku sendiri
tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti biasanya. Susiana mengajakku
keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut saja, dan berputar-putar
mengelilingi kota Jakarta dengan kijang kreditan yang belum lunas.
Entah kenapa, tiba-tiba aku punya
pikiran untuk membawa gadis ini ke sebuah penginapan. Sungguh aku tidak
menyangka sama sekali ternyata Susiana tidak menolak ketika aku mampir
di halaman depan sebuah losmen. Dan dia juga tidak menolak ketika aku
membawanya masuk ke sebuah kamar yang telah kupesan.
Jari-jariku langsung bergerak aktif
menelusuri setiap lekuk tubuhnya. Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani
dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah. Aku mendengar dia
mendesah kecil dan merintih tertahan. Aku tahu kalau Susiana sudah mulai
dihinggapi kobaran api gairah asmara yang membara.
Perlahan aku membaringkan tubuhnya di
atas ranjang dan satu persatu aku melucuti pakaian yang dikenakan
Susiana, hingga tanpa busana sama sekali yang melekat di tubuh Susiana
yang padat berisi. Susiana mendesis dan merintih pelan saat ujung
lidahku yang basah dan hangat mulai bermain dan menggelitik puting
payudaranya.
Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat
saat ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan dan
sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah memek itu. Tapi itu sudah cukup membuat Susiana menggelinjang dan semakin bergairah.
Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh
pakaian yang kukenakan, dan menuntun tangan gadis itu ke arah batang
penisku. Entah kenapa, tiba-tiba Susiana menatap wajahku, saat jari-jari
tangannya menggenggam batang penis kebanggaanku ini, Tapi hanya
sebentar saja dia menggenggam penisku dan kemudian melepaskannya. Bahkan
dia melipat pahanya yang indah untuk menutupi keindahan pagar ayunya.
“Jangan, Omm…”, desah Susiana tertahan, ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya.
“Kenapa?” tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.
“Aku…, hmm, aku…” Susiana tidak bisa
meneruskan kata-katanya. Dia malah menggigit bahuku, tidak sanggup untuk
menahan gairah yang semakin besar menguasai seluruh bagian tubuhnya.
Saat itu Susiana kemudian tidak bisa
lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi
sedikit lipatan pahanya yang menutupi vaginanya mulai sedikit terkuak,
dan aku kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus
itu sehingga aku bisa dengan puas menikmati keindahan bentuk vagina
gadis muda ini yang mulai tampak merekah.
KLIK66 Dan matanya langsung terpejam saat
merasakan sesuatu benda yang keras, panas dan berdenyut-denyut mulai
menyeruak memasuki liang vaginanya yang mulai membasah. Dia
menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku jadi sulit untuk
menembus lubang memek.
Tapi aku tidak kehilangan akal. Aku
memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Susiana saat itu tidak bisa
leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu juga aku menekan
pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku tidak gagal lagi.
Berhasil!, begitu kepala penisku
memasuki liang vagina Susiana yang sempit, aku langsung menghentakkan
pinggulku ke depan sehingga batang penisku melesak ke dalam liang vagina
Susiana dengan seutuhnya, seketika itu juga Susiana memekik tertahan
sambil menyembunyikan wajahnya di bahuku, Seluruh urat-urat syarafnya
langsung mengejang kaku.
Dan keringat langsung bercucuran
membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat tersentak kaget, aku
merasakan bahwa batang penisku seakan merobek sesuatu di dalam vagina
Susiana, dan ini pernah kurasakan pula pada malam pertamaku, saat aku
mengambil kegadisan dari istriku.
Aku hampir tidak percaya bahwa malam ini
aku juga mengambil keperawanan dari gadis yang begitu aku sukai ini.
Dan aku seolah masih tidak percaya bahwa Susiana ternyata masih perawan.
Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada
bagian pangkal pahanya, terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna
merah. Aku benar-benar terkejut saat itu, dan tidak menyangka sama
sekali, Susiana tidak pernah mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua
sudah terjadi. Dan rasa terkejutku seketika lenyap oleh desakan gairah
membara yang begitu berkobar-kobar.
Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku,
agar penisku dapat bermain-main di dalam lubang vagina Renny yang masih
begitu rapat dan kenyal, Sementara Susiana sudah mulai tampak tidak
kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya dia sudah bisa mulai merasakan
kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penisku seakan membawanya
ke batas ujung dunia tak bertepi.
Malam itu juga Susiana menyerahkan
keperawannya padaku tanpa ada unsur paksaan. Meskipun dia kemudian
menangis setelah semuanya terjadi, Dan aku sendiri merasa menyesal
karena aku tidak mungkin mengembalikan keperawanannya.
Aku memandangi bercak-bercak darah yang
mengotori sprei sambil memeluk tubuh Susiana yang masih polos dan
sesekali masih terdengar isak tangisnya.
“Maafkan aku, Susiana. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula…”, kataku mencoba menghibur.
Reny hanya diam saja. Dia melepaskan
pelukanku dan turun dari pembaringan. Dia melangkah gontai ke kamar
mandi. Sebentar saja sudah terdengar suara air yang menghantam lantai di
dalam kamar mandi.
Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini, bersandar pada kepala pembaringan.
Aku menunggu sampai Susiana keluar dari kamar mandi dengan tubuh terlilit handuk dan rambut yang basah.
Aku terus memandanginya dengan berbagai
perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut
kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Susiana duduk
disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.
Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi
punggungnya yang putih dan halus. Susiana menggeliat sedikit, tapi tidak
menolak ketika aku membawanya kembali berbaring di atas ranjang.
Gairahku kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan
terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan datang dari keindahan
kedua belah payudaranya yang kencang dan montok, serta keindahan dari
bulu-bulu halus tipis yang menghiasi di sekitar vaginanya.
Dan secepat kilat aku kembali menghujani
tubuhnya dengan kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Susiana
merintih tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik
kembali.
“Pelan-pelan, Omm. Perih…”, rintih
Susiana tertahan, saat aku mulai kembali mendobrak benteng pagar ayunya
untuk yang kedua kalinya. Renny menyeringai dan merintih tertahan sambil
mengigit-gigit bibirnya sendiri, saat aku sudah mulai menggerak-gerakan
pinggulku dengan irama yang tetap dan teratur.
Perlahan tapi pasti, Susiana mulai
mengimbangi gerakan tubuhku. Sementara gerakan-gerakan yang kulakukan
semakin liar dan tak terkendali. Beberapa kali Susiana memekik tertahan
dengan tubuh terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan
klimaks ribuan volt.
Kali ini Susiana mencapai puncak orgasme
yang mungkin pertama kali baru dirasakannya. Tubuhnya langsung lunglai
di pembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan lembut dari dalam
vaginanya, merasakan kenikmatan denyut-denyut vagina Susiana, membuatku
hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan ini.
Hingga akhirnya aku merasakan
kejatan-kejatan hebat disertai kenikmatan luar biasa saat cairan
spermaku muncrat berhamburan di dalam liang vagina Renny. Akupun
akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur berpelukan dengan Susiana malam
itu
No comments:
Post a Comment