Ritual Untuk Menjadi PNS
KLIK66 - Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian bagi sebagian besar orang, Berbagi cara ditempuh agar bisa lolos tes CPNS. Mengikuti bimbingan tes CPNS, menyogok, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun juga memakai jasa dukun atau orang pintar. Menurut info yang aku peroleh dari temanku, ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS. Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu. “Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sri?” tanyaku kemudian. “Oh iya, saya sendiri.
BACA JUGA : Kost Gratis Asal Mau Ngewe
Silakan
masuk, Mas!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi aku segera
memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku. “Ooo,
jadi Mas Agung ini juga pengen jadi pegawai negeri to?” “Iya Bu! Saya
juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang
dikatakan teman saya.” Aku menyodorkan satu botol madu murni kepada Bu
Sri. “Kalau begitu, silahkan Mas Agung ikut saya ke dalam!” Bu Sri
beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang aku berikan tadi.
Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang
aku membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang
membuatku menelan ludah. Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Bu
Sri menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.
“Maaf ya
Mas Agung! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang
itu! Kita akan segera memulai ritualnya!” “Semuanya, Bu?” tanyaku
malu-malu. Bu Sri tersenyum, “Mas Agung gak usah malu. Anggap saja saya
tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Mas Agung!” Bu Sri benar,
pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku tidak
perlu malu lagi. Sementara Bu Sri menyiapkan kelengkapan ritual, aku
segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang
yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol
madu di tangannya, Bu Sri datang dan duduk di sampingku. Sesaat aku
sempat melihat Bu Sri mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan
liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap.
Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu Sri mulai menuangkan madu murni
itu ke sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku saat tangan lembut Bu Sri
mulai menyentuh dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut
tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas
dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang
tumbuh di atasnya.
Aku
menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang
bergejolak menuju ke arah pangkal pahaku. “Mas Agung sudah punya pacar?”
tanya Bu Sri memecah keheningan. “Eh, saya baru menikah enam bulan yang
lalu, Bu!” “Ooo… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya
dong, Mas!” kata Bu Sri meledek. “Ah, Bu Sri ini bisa saja!” Tanpa
sengaja tanganku menyentuh lutut Bu Sri ketika beliau memindahkan
tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya
yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi
betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu Sri membiarkannya ketika
tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah
memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian
dalamnya. Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Bu
Sri turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku,
yang keras dan liat. “Wah… badan Mas Agung kekar juga yah? Tinggi lagi.
Pasti Mas Agung rajin olah raga.” “Ya, setiap enam hari dalam seminggu,
setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olahraga meskipun hanya sejam.
Biasanya sih saya rutin angkat beban, renang, bola, dan voli..” “Ooo…
pantesan adik Mas Agung gede!” “Maksud Bu Sri, adik yang mana?” tanyaku
pura-pura bodoh. “Maksud saya adik yang ini…..” kata Bu Sri sambil
meremas kejantananku tanpa rasa canggung.
Ada rasa
kaget sekaligus senang dengan perlakuan Bu Sri. Beliau dengan lembut
melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan. “Ooohh…
Bu! Enak…!” aku melenguh nikmat. Aku juga semakin berani dengan
menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Bu
Sri menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit
mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal pahanya. Astaga…!
Sekali lagi aku terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh
rambut-rambut halus di antara pangkal paha Bu Sri. Ternyata beliau sudah
tidak memakai celana dalam. Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir
vagina Bu Sri yang sudah basah itu dengan jariku. Bu Sri bertambah
kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang kontolku.
Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras.
Tanpa rasa jijik, Bu Sri mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di
sekitar pangkal pahaku, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik
menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan. “Gimana Mas Agung?
Enak kan?” tanya bu Sri di sela-sela aksinya. “Ahh… nikmat banget Bu!
Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Aku memang belum begitu
berpengalaman dalam hal seks. Selama berhubungan dengan istriku, kami
hanya melakukan dengan cara konvensional saja. Namun kali ini Bu Sri
memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Bu
Sri dengan lembut memasukkan ujung penisku ke mulut mungilnya, langsung
saja berjuta kenikmatan menghampiriku. “Ooougghh…yeah…enak, Bu!”
nafasku semakin memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun Bu Sri masih
asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga semakin
berani. Kutarik roknya sampai terlepas.


Bahkan
Bu Sri juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang
sudah tidak muda lagi, ternyata bu Sri masih memiliki tubuh yang bagus.
Kulitnya putih mulus, payudaranya yang kencang dan montok, serta
pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya.
Oh, sungguh seksi sekali dukun ini. “Aahhh…. Kontol Mas Agung memang
luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan kontol
sebesar ini. Hhhmmm…!” dengan rakus Bu Sri kembali melumat
kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan
vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, aku mendekatkan mulutku ke
vagina Bu Sri yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat
merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya. Perlahan-lahan kujulurkan
lidahku, dan kusapu permukaan vaginanya dengan lembut. “Aaaaghhh…!
Yaahhh… begitu Mas! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…!” Bu Sri bertambah
semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya. Sementara tangannya
mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali
beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam
posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan
masing-masing. Berapa saat kemudian Bu Sri melepaskan kulumannya.
“Gimana, Mas Agung Suka kan?” tanya Bu Sri sambil tersenyum padaku. Aku
hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Bu Sri yang masih
memijit-mijit batang kontolku. “Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan
orang yang mempunyai penis besar mempunyai keinginan yang besar pula.
Saya yakin, kali ini Mas Agung pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.”
kata Bu Sri menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang
dulu dengan kontol Mas Agung yang besar ini!” Bu Sri mengambil posisi
duduk di atas pahaku.
Perlahan-lahan
beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang memekny
yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung penisku mulai
memasuki memekny yang hangat. Entah karena memeknya Bu Sri yang sempit,
ataukah karena kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan
lambat namun nikmat. Bu Sri tampak susah payah berusaha agar batang
kontolku bisa masuk utuh ke dalam memeknya. Sampai akhirnya… “Aaougghh….
aduh Mas Agung! Gede banget kontolmu!” tubuh Bu Sri yang mulus tampak
berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup
nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam dalam
rongga vaginanya yang sempit. Beberapa saat kemudian Bu Sri mulai
beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau
mulai mengayunkan pantatnya naik-turun. “Aaaahhh… aahhhh… ooougghh…!”
Aku mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Bu Sri
untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap
naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring
dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan liar Bu Sri
menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti
seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga
membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan vaginanya
terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di pelintir dan
dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat hangat dan
nikmat. Ooouuuhhh… Semakin lama gerakan Bu Sri semakin liar tak
terkendali.
Menghujam-hujam
kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga
vaginanya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua
yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya. “Oh, Mas Agung…,
saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Arrrgghhh….!” Bu Sri menjerit nikmat
berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau
mencengkeram kuat-kuat dadaku. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke
dalam bukit dadaku. “Ooohhh… sebentar lagi Bu! Saya juga sudah mau
keluar… ooohhh… yeaahhh….!” Aku juga mempercepat gerakanku. Meskipun Bu
Sri terlihat lelah, namun aku masih bisa menopang tubuhnya dan
menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian,
aku merasakan batang kontolku semakin mengencang dan mulai
berdenyut-denyut. Aku segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan
tubuh Bu Sri. Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai
akhirnya….. “Saya… keluar Bu! Oogghhh…!” aku meregang nikmat bersamaan
dengan menyemburnya spermaku di dalam rongga kenikmatan Bu Sri. Seketika
tubuhku lemas. Aku sudah tak mampu lagi menopang beban Bu Sri yang
berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang
kejantananku masih tetap menancap di vaginanya yang hangat. Dalam hati
aku kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru
dalam bercinta.
Belum
pernah aku merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan seks.
“Mas Agung memang benar-benar hebat!” kata Bu Sri sambil membelai dan
sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku. “Ibu juga hebat! Belum
pernah saya sepuas ini, Bu!” Aku mengecup kening beliau dan
membelai-belai rambut dan payudaranya yang terurai panjang. Tak berapa
lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan. Entah sudah berapa
lama aku terpejam, ketika aku merasakan sesuatu yang merayap di atas
perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan aku membuka mataku,
ternyata Bu Sri tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan
kulit perut sixpackku. “Aahhh…, Bu Sri masih pengen nambah lagi?”
desahku pelan. Bu Sri tersenyum manja, “Habis…, kontol Mas Agung guede
sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!” “Ah, Bu Sri
ini bisa aja!” aku hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang
bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai
kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa
nikmat memang. Bu Sri bertambah antusias ketika batang kontolku mulai
membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Bu Sri mulai menjilatinya,
melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya. “Aaahhh…,
aaahhh…, enak Bu! Oohhh…!” aku hanya bisa mengerang keenakan.
“Hhhhmmm…., Mas Agung mau yang lebih enak lagi?” tanya Bu Sri menggoda.
“Emang ada yang lebih nikmat, Bu?” “Coba Mas Agung berdiri!” aku
menuruti perintah Bu Sri.
Dengan
kondisi tubuhku masih telanjang bulat, aku berdiri di atas ranjang.
Sementara itu, Bu Sri yang berlutut di hadapanku tampak memandangi
batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan
Bu Sri meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan
memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak.
Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan
buah dadanya yang lembut. “Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Bu!” “Ini masih
belum seberapa, Mas! Coba Mas Agung rasakan yang ini…” Bu Sri menggeser
batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan buah dadanya.
“Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Agung!” Aku menurut saja.
Perlahan-lahan aku mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Bu
Sri menekan-nekan buah dadanya kencang sehingga batang kontolku terasa
terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Bu Sri memang
benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Bu!” aku
mendesah-desah nikmat. Susu Bu Sri yang menekan-nekan kontolku membuat
diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai
akhirnya Bu Sri memintaku untuk segera menuntaskan permainan itu.
“Aahhh…, Mas Agung! Ibu sudah kepengen banget nih!” rengek bu Sri. Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun aku masih belum begitu pengalaman, namun aku sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan aku membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Bu Sri yang menganga dari belakan. Bu Sri tampak menggigit bibir sendiri ketika aku mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Mas!” rengek Bu Sri. Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah vagina bu Sri yang memerah. “Aahhhh…!” aku melenguh nikmat.
“Aahhh…, Mas Agung! Ibu sudah kepengen banget nih!” rengek bu Sri. Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun aku masih belum begitu pengalaman, namun aku sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan aku membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Bu Sri yang menganga dari belakan. Bu Sri tampak menggigit bibir sendiri ketika aku mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Mas!” rengek Bu Sri. Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah vagina bu Sri yang memerah. “Aahhhh…!” aku melenguh nikmat.
Di
usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Bu Sri masih memiliki memek
yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin
meremukkan batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku
tertanam dan terhisap di dalam rongga memeknya. Sesaat aku membiarkan
kontolku tertancap. Kemudian, pelan tapi pasti aku mulai mengayunkan
pantatku maju-mundur. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Mas
Agung, Ooohhh…!” Bu Sri mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh,
oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu
saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy
itu, sampai akhirnya Bu Sri terlihat sangat lelah. “Aduh…, Oouhhh… kita
istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!” Aku mencabut penisku, sedangkan Bu
Sri terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat.
Buah dadanya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya
yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, aku pun mulai
melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki Bu Sri ke samping lebar-lebar,
kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan
kutarik pinggang Bu Sri dan kuarahkan batang kontolku menuju liang
surgawinya yang menganga, dan sleeeep…! Kembali kejantananku tertanam
dalam lobang hangat itu. “Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Bu
Sri. Kembali aku ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Bu Sri
yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih
ketika aku membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kontolku ke
dalam rahimnya.
Beliau
hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkram kuat-kuat otot-otot
lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, sesekali aku
meremas-remas, menjilat, dan menciumi buah dadanya. “Iyaah…aaghhh! Terus
sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh….!” Bu Sri mengoceh tak karuan. Namun aku
tidak menghiraukannya. Aku terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan
mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku semakin liar.
“Ooohh…, Mas! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau
keluarrr….!” Aku merasakan dinding-dinding vagina Bu Sri mengerut dan
berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari
dalam. Semakin lama kedutan vagina Bu Sri semakin cepat, hal yang sama
juga terjadi padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan
berdenyut-denyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Aku keluar lagi
Mas!” Bu Sri menjerit puas. Aku semakin mempercepat gerakanku,
mengoyak-ngoyak isi vagina Bu Sri. Namun sebelum spermaku keluar, aku
segera mencabut penisku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, aku
menyodorkan batang kontolku ke bibir Bu Sri yang terbuka. Aku semakin
mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….
“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental
muncrat beberapa kali ke mulut Bu Sri. Tanpa rasa jijik beliau menelan
habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang
kontolku. Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan
aku pun terkapar di sisi Bu Sri. “Oh, Mas Agung benar-benar perkasa!
Terima kasih ya Mas!” aku memeluk tubuh Bu Sri dan mencium keningnya.
Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku
dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi
Pegawai Negeri, Bu Sri mau minta apa?” tanyaku kemudian.
Bu Sri
bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok,
Mas!” beliau tersenyum, “Mas Agung tidak perlu membelikan saya apapun!
Saya cuma minta ini…..” Bu Sri meraih penisku yang terkulai tak berdaya.
Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik. “Maksud Bu
Sri?” tanyaku tidak mengerti. “Kalau Mas Agung berhasil jadi PNS, saya
cuma ingin Mas Agung mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga
kali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Mas Agung yang besar
dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang
masih lengket di batang kontolku. “Ah, kalau itu sih gampang! Dengan
senang hati saya akan selalu siap melayani Ibu!” Mendengar jawabanku Bu
Sri kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan
kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa minggu kemudian
akhirnya aku benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan
pelantikan, aku memenuhi janjiku kepada Bu Sri. Setiap kali ada
kesempatan, aku selalu berkunjung ke tempat Bu Sri. Tentu saja untuk
memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja
mengakui kejantananku dalam bermain cinta.

No comments:
Post a Comment