Wik Wik Dengan Stw
KLIK66 - Ini
merupakan pengalamanku yang pertama kali berhubungan sex dengan wanita
yang lebih tua dariku. Karena aku biasanya ngentot dengan gadis-gadis
belia, apalagi dengan cewek-cewek abg yang masih smp pasti hasrat sex
dan nafsu ngentot ku bakal tak terbendung. Karena itu cerita ngentot
wanita dewasa janda ini merupakan pengalaman spesial dan baru bagiku.
Simak saja cerita dewasa berikut ini untuk mengetahui jalan ceritanya.
Aku
mempunyai saudara sepupu bernama Reni yang umurnya kurang lebih 45
tahun. Dia sudah menjanda selama tiga tahun. Sekarang dia tinggal di
salah satu perumahan yang tidak terlalu besar maupun kecil. Kebetulan
anak dari sepupuku ini sudah ditempat kost, karena mereka lebih dekat
dari tempat kuliahnya. Aku kadang-kadang mampir ketempatnya, untuk
mengobrol maupun mendengar keluh kesah dia, karena dari kecil kami
sangat akrab.
BACA JUGA : Kisah Cinta Malam Pertama
Suatu
saat aku mampir, terlihat beberapa teman sepupuku yang sedang bertamu.
Biasanya aku langsung ke ruang tamu dibelakang, membaca koran, majalah
atau menonton televisi. Karena aku pikir mereka sedang mengobrol seputar
cowok atau mengenai salon. Lalu aku dipanggil oleh sepupuku untuk
diperkenalkan kepada teman-temannya.
“Kenalin nich Mbak Wati dan Mbak Wini” kata sepupuku.
Aku
menjabat tangan satu persatu teman sepupuku ini. Karena mereka
sepertinya sangat santai sekali cara mengobrolnya, aku agak sungkan lalu
aku ke belakang kembali. Kudengar cara mereka bicara seperti anak-anak
seumur tujuh belas tahun, mungkin bila di depan anak-anak mereka, tidak
begitu cara mereka berbicara. Mereka tinggal di perumahan Bintaro, bila
dengar cerita sepupuku Mbak Wati baru enam bulan ini ditinggal oleh
suaminya karena kecelakaan pesawat terbang, sedangkan Mbak Wini adalah
seorang istri pejabat yang sering ditinggal suaminya keluar negeri. Mbak
Wati mempunyai tubuh padat, kulit putih, tinggi kurang lebih 165 cm.
Sedangkan Mbak Wini agak langsing dengan payudara yang agak lumayan
menonjol serta mempunyai warna kulit yang sama dengan Mbak Wati.
“Ren aku pulang dulu yach, tuch sudah dijemput anakku, masalahnya aku mau ke Bogor ada acara arisan” kata Mbak Wini.
“Lho aku pulang dengan siapa nich” sela Mbak Wati.
“Gampang nanti diantar oleh adik gue” jawab Reni seraya menepuk bahuku.
“Wah enggak ngerepotin nih Mas” kata Mbak Wati kembali.
“Enggak koq Mbak” jawabku.
“Gampang nanti diantar oleh adik gue” jawab Reni seraya menepuk bahuku.
“Wah enggak ngerepotin nih Mas” kata Mbak Wati kembali.
“Enggak koq Mbak” jawabku.
Lalu aku
disuruh menemani Mbak Wati mengobrol, karena sepupuku Reni hendak
mandi. Kulihat Mbak Wati memakai rok hitam serta blazer berwarna pink,
duduk santai di karpet membaca majalah sambil meluruskan kakinya.
Kulihat begitu bening kulit dipahanya. Lalu kami mengobrol panjang
lebar, tapi kulihat dari pandangan Mbak Wati agak sedikit genit,
sehingga membuatku pusing juga. Setelah Reni selesai mandi, Mbak Wati
mohon pamit.
“Mas tolongin dong, maklum nih sudah tua” sambil minta tolong kepadaku supaya meraih kedua tangannya untuk berdiri.
“Ha ha ha Wati.. Wati.. Makanya minum jamu dong” ledek Reni terhadapnya.
“Aduh.. Koq begini yach pinggangku” jawab Mbak Wati sambil menunduk memegang pinggangnya.
“Nah lho.. Kenapa nich” tanya Reni.
“Enggak tahu nich” jawab Mbak Wati.
“Ha ha ha Wati.. Wati.. Makanya minum jamu dong” ledek Reni terhadapnya.
“Aduh.. Koq begini yach pinggangku” jawab Mbak Wati sambil menunduk memegang pinggangnya.
“Nah lho.. Kenapa nich” tanya Reni.
“Enggak tahu nich” jawab Mbak Wati.
Lalu aku tuntun Mbak Wati ke dalam mobil.
“Ok. Ren.. Sampai lusa yah bye.. bye.. ”
Dalam
perjalanan Mbak Wati duduk di depan, menemaniku membawa mobil, dia juga
minta izin kalau dia mau rebahan sambil menurunkan sandaran jok
kebelakang. Kadang kucuri pandang paha Mbak Wati yang agak tersingkap
dari roknya.
“Mas sepertinya pinggangku agak salah urat nih saat duduk di karpet tadi”
“Wah itu harus cepat-cepat diurut lho.. Mbak” kataku.
“Tapi mau cari tukang urut dimana, malam-malam begini” kata Mbak Wati.
“Memang anak-anak Mbak enggak ada yang bisa ngurut Mbak?” tanyaku memancing.
“Mereka semua di Jogya Mas, kuliah disana” jawabnya.
“Yach kalau enggak keberatan, aku bisa sich mengurut pinggang Mbak Wati” pancingku lagi.
“Yah udah.. ” jawabnya mengangguk.
“Wah itu harus cepat-cepat diurut lho.. Mbak” kataku.
“Tapi mau cari tukang urut dimana, malam-malam begini” kata Mbak Wati.
“Memang anak-anak Mbak enggak ada yang bisa ngurut Mbak?” tanyaku memancing.
“Mereka semua di Jogya Mas, kuliah disana” jawabnya.
“Yach kalau enggak keberatan, aku bisa sich mengurut pinggang Mbak Wati” pancingku lagi.
“Yah udah.. ” jawabnya mengangguk.
Singkat
cerita aku menunggu Mbak Wati diruang tamu, karena dia sedang ganti baju
sambil membuatkan aku teh manis. Mbak Wati keluar dari ruang tengah
sambil membawa cangkir minuman untukku, dengan hanya mengenakan daster
yang amat tipis, sehingga secara samar-samar terlihat BH serta celana
dalamnya. Wah tambah pusing aku dibuatnya.
“Minum dulu deh Mas” sapa dia.
Lalu aku diajak ke dalam kamar Mbak Wati, untuk diurut.
“Mas bagian sini nih” sambil Mbak Wati mengangkat dasternya hingga kebahunya dalam keadaan terlungkup ditempat tidur.
Memang
Mbak Wati ini mempunyai tubuh yang padat, hingga kedua belah bagian
pantatnya tampak tersembul ke atas, dan yang lebih gilanya dia memakai
celana dalam yang model belakangnya hanya seutas tali yang menyelip
diantara kedua belah pantatnya. Tak disangka hari ini aku menikmati
pemandangan yang luar biasa indahnya. Lalu aku mengambil minyak dari
keranjang yang telah dia sediakan, didalam keranjang itu juga ada
beberapa botol alat-alat untuk mandi. Aku mulai menggosok bagian
pinggangnya dan kadang-kadang tanganku kusentuh pada bongkahan daging
pada kedua belah pantatnya. Dia rupanya sangat menikmati urutan tanganku
dipinggangnya, hingga dia terlelap tidur.
“Mbak gimana sudah agak enakan enggak?” tanyaku.
Dia kaget terbangun lalu, dia berkata “Mas bisa tolong sekalian betis kakiku enggak, masalahnya agak pegal-pegal juga nih”
“Yups.. ” jawabku singkat.
Tampak
Mbak Wati agak merenggangkan kedua belah kakinya dan tetap dalam posisi
terlungkup, tampak sekilas kulihat pinggiran lubang vagina Mbak Wati
tersembul diantara celana dalamnya yang memang hanya berbentuk segitiga
pada bagian depannya. Aku lalu menukar minyak gosok dengan body oil
dalam keranjang diatas meja dekat tempat tidur Mbak Wati. Aku mulai
menggosok dari betis ke arah paha dengan melumurkan body oil agak
banyak. Terus kuurut kedua belah betis Mbak Wati hingga sampai kedua
belah pahanya.
“Mas
urutnya agak ditekan sedikit dibagian sini Mas, soalnya pegel amat sih”
kata Mbak Wati sambil menunjuk antara paha dan pantatnya dibagian
belakang, lalu dia juga membuka tali dari celana dalamnya dan menariknya
lalu ditaruhnya dekat bantal dikepalanya. Makin jelas sudah kulihat
vagina Mbak Wati dari bagian belakang dan tampaknya bulu-bulu jembutnya
dicukur bersih olehnya. Aku mulai menekan pantatnya dengan kedua
jempolku, dan kadang-kadang aku sentuh lubang anus Mbak Wati dengan
sentuhan halus.
“Oh..” tampak Mbak Wati mulai mendesah.
“Oh..” tampak Mbak Wati mulai mendesah.
Aku
tuang body oil banyak-banyak dikedua bongkahan daging dipantatnya, lalu
aku mulai menggosoknya turun naik dari kedua pahanya. Lalu Mbak Wati
menyuruhku menaruh body oil ditelapak tanganku, lalu dipegangnya
tanganku dan ditaruh disela-sela lubang kemaluannya.
“Mas tolong gosok dibagian ini yah Mas” pintanya.
Lalu aku mulai menggosok bibir kemaluannya mulai dari lubang anus Mbak Wati.
“Oh.. Mas teruskan Mas.. Oh.. ”
Kulihat
Mbak Wati mulai terangsang oleh sentuhan-sentuhan kelima jariku. Tanpa
buang waktu sambil menggosok body oil kumasukan jari tengahku ke dalam
lubang kemaluannya, terus kulakukan beberapa kali, dan kulihat kedua
tangan Mbak Wati meramas keras sprei ditempat tidurnya. Tiba-tiba Mbak
Wati bangun dari tempat tidurnya lalu menyerangku dengan ciuman
dibibirku sambil mempermainkan lidahnya. Dan dia berbisik.
“Mas aku buka bajunya yah”
Aku hanya mengangguk tanda setuju. Dilepaskannya baju dan celanaku, hingga tak selembar pun benang menempel ditubuhku.
“Daster Mbak aku buka juga yach
Dia pun
mengangguk setuju. Aku disuruhnya duduk disamping tempat tidurnya, lalu
disodorkan kedua belah buah dadanya kemulutku, dan aku sambut dengan
melumat kedua belah bongkahan daging kenyal didadanya. Tangan kananku
juga sudah bermain disekitar vagina Mbak Wati, tampaknya bekas body oil
yang tadi sudah bercampur dengan cairan bening dilubang kemaluan Mbak
Wati. Dia makin mendekap kepalaku kedadanya, dan kadang-kadang
pinggulnya menghentak-hentak ke arahku, saat jari-jariku keluar masuk ke
dalam lubang kemaluannya.
Lalu dia
jongkok dihadapanku dan mulai memasukan penisku ke dalam mulutnya,
tampak penisku hilang ditelan oleh gumulan mulutnya hingga masuk
menyentuh tenggorokannya. Rasa nikmat mulai menjalar keubun-ubun
kepalaku. Lalu dia permainkan lidahnya pada ujung bagian bawah penisku.
Wah sangat pintar sekali pikirku Mbak Wati ini cara merangsang
laki-laki.
“Mas mau khan gantian” pintanya.
Aku
mengerti bahwa Mbak Wati minta dijilati vaginanya. Lalu dia mengambil
handuk kecil, disemprotnya handuk tersebut dengan minyak wangi, yang
kutahu bukan minyak wangi lokal, lalu dibersihkan selangkangannya dengan
handuk tersebut. Lalu dia pun tidur terlentang dengan mengganjal
pantatnya dengan dua buah bantal tidurnya. Maka tampak jelas lubang
kemaluan Mbak Wati yang telah mempunyai bibir disisi kanan kirinya
dengan warna merah kecoklat-coklatan. Dan tampak pula lubang anus Mbak
Wati yang sudah berwarna coklat tua, pasti dia pernah bermain anal sex
juga nih pikirku. Dan memang tidak terlihat sehelai rambut pun disekitar
kemaluan dan anusnya.
Lalu aku
mulai jilat bibir kemaluan Mbak Wati, dan memang tidak tercium bau yang
aneh-aneh, berarti memang Mbak Wati sangat rajin merawat tubuhnya. Dia
mulai menggelinjang diatas tempat tidurnya, saat kusapu kemaluannya
dengan lidahku. Lalu aku oleskan telunjukku dengan body oil, dan
kumasukan pelan-pelan ke dalam lubang anusnya, berbarengan dengan
lidahku mempermainkan kelentitnya.
“Och.. Och.. Och..!!”
Tampak teriakan Mbak Wati sepertinya tidak menghiraukan akan ada orang lain yang mendengarkannya.
“Teruskan Mas.. Jangan berhenti.. Oh.”
Terus
kupermainkan kedua lubang Mbak Wati, akhirnya dia memintaku untuk
memasukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya. “Mas.. Pakai kondom
yah.., itu ambil didalam laci”
Ternyata
didalam laci kulihat bukan hanya kondom, tetapi ada beberapa penis yang
terbuat dari karet elastis juga terdapat didalamnya. Setelah kupakai
kondom, kumasukan penisku ke dalam kemaluannya, langsung aku hentak
keras beberapa kali lubang kemaluannya. Ia pun mengimbangi dengan
mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, terus kulakukan permainan keras
tersebut selama tiga puluh menit, hingga kulihat Mbak Wati tidak lagi
melakukan perlawanan. Sedangkan penisku belum ada tanda-tanda mau
mengeluarkan pejunya, lalu aku cabut penisku dari lubang kemaluan Mbak
Wati. Perlahan-lahan aku masukan ke dalam lubang anus Mbak Wati sambil
meneteskan body oil dibagian atas penisku.
“Pelan-pelan Mas..”
Terus
aku tekan penisku hingga terpendam habis dilubang anus Mbak Wati, dan
pelan-pelan juga aku tarik, lalu aku masukan kembali, sampai Mbak Wati
tidak membuat reaksi tanda sakit dilubang anusnya. Aku mulai menggenjot
tanpa henti penisku ke dalam lubang anusnya, dan karena tidak selonggar
lubang kemaluan Mbak Wati, pejuku mulai berlomba-lomba ingin keluar.
Dan saat
pejuku hendak muncrat kutekan penisku dalam-dalam sambil mencium bibir
dan merangkul tubuh Mbak Wati kuat-kuat. Setelah itu aku terkulai disisi
tubuh Mbak Wati. Dan kulihat Mbak Wati mencabut kondomku lalu
membersihkan penisku dengan handuk kecilnya. Lalu ia pun merangkul
diriku, sambil berbisik.
“Jaga rahasia kita berdua ini yah Mas..”
Akupun mengangguk lalu kukecup keningnya, sambil merangkulnya erat-erat.
No comments:
Post a Comment